Mercedes Benz GLB-Class

Resep rancangan kabin GLB jelas memanfaatkan bumbu dari keluarga NGCC. Familiar mengikuti komposisi dari A-Class sampai GLA. Auranya cenderung menyuarakan gejolak kawula muda ketimbang memenuhi selera elegan bapak-bapak. Terkesan simpel sekaligus futuristis lewat penempatan dua layar 10,25 inci terintegrasi tanpa tudung. Berfungsi sebagai monitor dari panel instrumen dan sistem multimedia. Layar bak tablet memanjang itu berdiri di atas permukaan dasbor mendatar sederhana tanpa banyak kesibukan garis diagonal. Semua itu kemudian disudahi empat kisi AC berbentuk turbin.

Posisi duduk pengemudi terasa jangkung selayaknya sebuah SUV meski berdiri di atas platform hatchback. Proper, apalagi dibarengi garis horizon tinggi berikut bukaan kaca yang cukup besar menyuguhkan kesan lapang. Kalau mau mencari posisi duduk ideal, tinggal atur lewat sakelar elektris dan settingan bisa disimpan lewat fungsi memory.

Total akomodasi penumpang memang untuk tujuh orang. Tapi perlu diketahui, belum tentu seluruhnya merasa nyaman ketika diisi penuh. Pasalnya, ruang duduk baris ketiga cukup sempit dan seolah dipaksakan untuk ada. Disarankan hanya diduduki mereka yang berpostur kurang dari 169 cm. Kalau tak mau mengikuti aturan, boleh jadi turut mengompromikan ruang duduk baris kedua lantaran harus digeser maju. Tapi kalau memang hanya diisi lima penumpang, keleluasaan gerak di baris kedua patut diacungi jempol.

Yang jelas, kenyamanan tetap ditunjang berbagai komponen. Sedikit moderat tapi setidaknya cukup untuk memenuhi ekspektasi. Misal pemanfaatan material Artico Leather hitam di bangku, berikut headliner gelap demi ciptakan sensasi elegan. Untuk mendinginkan kabin, AC otomatis dual zone Thermotronic bisa memenuhi preferensi suhu sisi kiri dan kanan. Tak ketinggalan kisi AC dari konsol tengah untuk menyemburkan udara segar bagi penumpang belakang.

Andai elemen peningkat rasa mewah terbilang moderat, lain cerita dalam hal kecanggihan teknologi. Salah satu sorotan utamanya adalah sistem multimedia Mercedes-Benz User Experience (MBUX). Sebagian mungkin mengenalnya sebagai voice assistant “Hey Mercedes”. Tapi lebih dari itu, MBUX menawarkan pengalaman berkendara berbeda. Personalisasi profil memungkinkan tiap pengguna memiliki settingan fitur spesifik. Ambil contoh penyesuaian temperatur AC, posisi duduk, ambient lighting, hingga saran arahan navigasi. Ia bakal langsung bersiap diri tergantung siapa pemakainya.

MBUX sendiri membawa kelengkapan konektivitas Android Auto dan Apple CarPlay. Hubungannya terjalin lewat slot USB C di konsol tengah. Sebagai informasi, slot USB pun tidak dikhususkan bagi penumpang saja. Setiap baris kebagian dua colokan untuk mengisi gawai.

Kecanggihan pengoperasian dibikin komplet oleh Active Parking Assist. Memudahkan manuver parkir secara otomatis sepenuhnya. Spot terbaik pun ikut dicarikan mau itu untuk posisi paralel, seri maju, atau mundur. Tak perlu menyentuh perangkat kendali, tinggal tunggu saja sampai ia duduk manis.

Dalam keluarga Mercedes-Benz, GLB menjadi bagian NGCC (Next Generation Compact Cars) alias anggota kendaraan bertubuh kompak. Erat hubungannya dengan pemain lain seperti A-Class, B-Class, CLA, dan GLA lantaran berbagi basis platform penggerak roda depan. Pun ia menempati posisi di atas GLA yang menawarkan kepraktisan untuk memenuhi kebutuhan pengangkutan penumpang. Persis menyerupai diferensiasi kelas A-Class dan B-Class.

Berstatus SUV 7 penumpang, dimensinya jelas lebih besar ketimbang sang adik. Bahkan tampak berimbang bila disandingkan dengan GLC. Tercatat hasil 4.634 x 1.834 x 1.663 mm (PxLxT) untuk pengukuran dimensi eksterior GLB. Sebagai perbandingan, GLC memiliki panjang 4.656 mm, lebar 1.890 mm, dan tinggi 1.644 mm. Satu hal menjadi pembeda adalah basis platform dan jumlah akomodasi. GLB memanfaatkan sasis penggerak roda depan demi ekstra penumpang di baris ketiga.

Urusan gaya, ia mengikuti arahan desain mengotak sebagaimana Mercedes-Benz GLS. Tampak wajar kalau menilainya sebagai GLS junior. Begitu mirip dalam dimensi yang jauh lebih kecil. Ia memainkan permukaan tubuh tegap dan tegas. Banyak elemen mengotak meski lekuknya tetap dirancang dinamis dan sedikit lembut.

Fasad depan dipahat dengan elemen serbakotak demi menyuarakan kesan tangguh. Disematkan pula ornamen hitam bak intake besar di sisi terluar bumper. Cladding pun dijadikan bagian penegas kesan SUV, mengitari sisi terbawah bodi. Lantas semua itu disudahi pelek 18 inci dengan rancangan khas Mercedes kelas entry level: berbentuk lima palang dengan selaput hitam.

Meski ada setitik ciri entry level, setidaknya GLB 200 Progressive Line cukup memenuhi ekspektasi harga dalam hal fitur. Urusan penerangan utama sudah memanfaatkan perangkat LED High Performance berisi strip DRL menyerupai alis. Di belakang, visual dioda mencirikan grafis lampu keluarga SUV. Membentuk sepasang garis persegi di setiap sisi. Juga di segi kenyamanan, fungsi smart entry Keyless-Go menjadi bagian standar ditambah Comfort Package berupa kick sensor pembuka bagasi.

Berdiri di atas basis yang sama, GLB 200 Progressive Line juga berbagi jantung dengan A-Class. Tersemat enjin empat silinder turbo berkapasitas 1.332 cc. Total ekstraksi setara pula dengan catatan tenaga 163 hp dibarengi momen puntir puncak 250 Nm. Penyaluran daya terlaksana ke roda depan via transmisi otomatis dual clutch 7 percepatan (7G-DCT).

Sinergi antara powertrain dan drivetrain ini menyuguhkan potensi yang cukup mumpuni untuk pemakaian dalam dan luar kota. Tidak terlalu lemah, tapi tidak hebat juga. Akselerasi ke 100 kpj diklaim tuntas dalam tempo 9,1 detik. Dibejek habis, napas berlari mentok di 207 kpj. Inti dari kemampuan jelas bukan sebagai pelari ulung melainkan berusaha mengirit bahan bakar. Dicatatkan ia mampu mengonsumsi bensin sebanyak 6 – 5,7 liter untuk menempuh 100 km (16,6 - 17,5 liter).

Tidak perlu meragukan Mercedes-Benz menyoal peranti keselamatan. Eksistensi ABS atau EBD sampai kontrol stabilitas elektronik dipastikan hadir. Bahkan sudah menjadi standar adalah Active Brake Assist. Bertujuan meminimalisir risiko atau mengurangi dampak keparahan dari celaka. Secara aktif sensor memantau kondisi di hadapan sehingga bila pengemudi kurang awas, GLB dapat langsung bertindak. Baik itu menambah daya pengereman bila dirasa pijakan kurang efektif hingga emergency braking mampu dieksekusi.

Di samping itu, ragam peringatan bagi pengemudi turut dibawa. Termasuk di dalamnya Blind Spot Warning beserta Exit Warning Function. Sistem memantau keberadaan rintangan di sisi samping belakang saat berjalan maupun berhenti. Bertugas menjaga dari kecerobohan tabrakan sisi samping saat berjalan maupun saat membuka pintu lewat peringatan audio dan visual.