JAKARTA – Banyak alasan orang memilih kendaraan. Penampilan bisa jadi yang pertama kali tapi memang bukan satu-satunya poin penilaian. Begitu juga Ketika memilih Low Sport Utility Vehicle alias LSUV. Secara tampang, banyak LSUV yang punya tampilan keren. Namun memilih XL7 tak melulu soal desain. Dibalik itu semua, tersimpan utilitas tinggi dan kenikmatan berkendara layaknya MPV Ertiga.
Di segmen LSUV, harga Suzuki XL7 termasuk yang paling kompetitif. Suzuki Indomobil Sales (SIS) berani mematoknya beririsan dengan Ertiga. Berarti, fiturnya mudah dipastikan hampir serupa di Ertiga tipe tertinggi. Kalau hanya itu, tentu tidak ada sesuatu yang spesial dari sebuah XL7. Harusnya semakin lengkap dari Ertiga Suzuki Sport sekalipun.
Fitur Smart E-Mirror di tipe Alpha menjadi andalan. Perangkat spion dalam berfungsi sebagai monitor kamera di belakang dan menyorot bagian depan juga. Pandangan ke belakang tak kan terhalang kepala penumpang atau barang bawaan. Fungsinya pun sangat bermanfaat sebagai dashcam. Tinggal masukkan SD card, otomatis merekam sepanjang perjalanan. Bila memori sudah penuh, rekaman video lama ditimpa oleh yang baru. Menarik, karena cuma XL7 yang punya fitur ini di kelasnya. Berani lawan Terios yang dibekali kamera 360 derajat. Meski sebenarnya ini benda aftermarket yang bisa dipasang di mobil apa saja. Suzuki pun menjualnya sebagai aksesori resmi.
Di luar itu, tidak ada yang luar biasa dibanding Ertiga tipe GX. Untuk seharga Rp 267 juta, tergolong bijak. Masuk ke kabin sudah pakai keyless. Tinggal menekan tombol hitam di gagang pintu, masuk dan nyalakan mesin juga lewat tombol. Kekurangan yang masih ada sejak Ertiga lawas, fitur auto door lock belum jadi default. Harus selalu ingat pentingnya mengunci pintu secara manual sebelum beranjak jalan.
Suzuki boleh bangga. Head unit monitor 8 inci terbesar di kelasnya bersama BR-V Prestige. Interface enak dilihat dan mudah diakses. Banyak juga fungsi maupun koneksi. Mau mirroring ke smartphone mudah saja. Perlu download aplikasi EasyConnection dulu dan masih butuh sambungan USB atau wifi agar kedua display terhubung.
Saya suka ventilated cup holder di konsol tengah. Bagi penyuka minuman dingin sangatlah menolong. Di tiap baris juga tersedia power outlet untuk mengisi daya smartphone. Namun bukan berbentuk USB, jadi Anda butuh memasangkan USB charger lagi.
Selebihnya sama seperti fitur Ertiga Sport. Peranti keselamatan dan keamanan standar seperti yang lain. Masih kalah dari Toyota Rush dalam jumlah airbag. Rush tersebar di enam titik, XL7 cukup dua di depan. Sistem safety aktif bertabur komplet. Mulai dari Antilock-Braking System (ABS), Electronic Brake Distribution (EBD), Electronic Stability Programme (ESP) dan Hill Hold Control (HHC). Aman, kendali mobil akan terjaga dari selip dan merosot di tanjakan. Mau parkir mundur, dipermudah monitornya lewat kamera belakang dan sensor. Kunci keyless juga disertai immobilizer serta sistem alarm.
Performa K15B Mengejutkan
Unit mesin K15B yang juga dipakai Ertiga dan Jimny terasa menonjol. Output dihasilkan biasa saja, cenderung terdengar kecil. Total tenaga dihasilkan 104,7 PS di putaran 6.000 rpm dan torsi maksimum 138 Nm di 4.400 rpm. Lebih kecil dari Xpander Cross (105 PS/141 Nm), apalagi BR-V (120 PS/145 Nm). Bukan berarti pantas diremehkan. Faktanya berbanding terbalik dari data di atas kertas.
Di luar dugaan, mesin ini menyenangkan. Torqueband berkumpul di putaran mesin menengah. Sehingga tak perlu kickdown ke putaran atas untuk berakselerasi cepat. Hanya saja, tenaga mulai loyo ketika menuju 5.000 rpm. Beda dengan Xpander Cross yang kuat di rpm atas. Tak masalah, untuk ukuran mesin 1.500 cc tidaklah lemot. Akselerasi menuju 150 kpj masih tergolong padat. Sangatlah cukup, toh bukan mobil untuk kebut-kebutan.
Nikmat juga diajak cruising santai di sepanjang tol Cipali. Seandainya saja ada cruise control, pasti makin enak lagi. Putaran dapat terjaga di rentang ekonomis via rasio gear halus transmisi otomatis konvensional 4-speed. Rentang antarpercepatan cenderung lebar. Beruntung, torsi terasa hidup sejak di bawah 3.000 rpm. Usaha menyusul kendaraan pun kian mudah, tanpa perlu mematikan ovedrive maupun berpindah ke D3 atau L.
Hasil pengujian efisiensi bahan bakar jua menggembirakan. Berdasarkan hitungan Multi-information Display (MID), rute dalam kota dengan kondisi banyak menemui kepadatan, didapat 11,2 kpl. Ketika diajak melaju stabil 100 kpj di tol, rata-rata tercatat 18,8 kpl. Kondisi kombinasi, sanggup 15,5 kpl. Pakai metode full-to-full pasti ada friksi. Biasanya dikurangi 2-3 kpl dari hasil MID. Hasilnya masih dalam level ekonomis.
Matik 4-speed memang sudah teknologi lama. Konservatif dengan mekanisme torque converter. Namun masih jadi pertimbangan terbaik untuk segmen LMPV dan LSUV. Tetap relevan dipakai econobox harian yang tak butuh sensasi berlebih. Bandel dan mudah perawatannya, itu paling penting. Girboks otomatis XL7 masuk taraf nyaman tanpa hentakan mengganggu. Respons kickdown pun tak terlampau lamban.
Ride & Handling
Suzuki mengklaim 211 komponen beda dari Ertiga. Termasuk setelan suspensi baru untuk menyiasati ground clearance meninggi. Tak diketahui pasti apa yang berubah, tapi terasa sama saja. Nyaman, itu pasti. Bantingan dan redamannya salah satu yang terbaik di ke LMPV ataupun LSUV. Harus diakui Xpander Cross lebih enak, walau dalam selisih sedikit.
Berselancar di jalan tol juga bikin suasana rileks. Kaki tanpa memantul-mantul saat bertemu jalan tak rata, tetap stabil hingga kecepatan tinggi. Body roll akibat titik gravitasi tinggi tidaklah parah. Yang jadi sorotan adalah kebisingan ban standar bawaan pabrik. Setelah dicek, merek karet bundar dengan jenis eco tyre itu memang terkenal berisik. Padahal Noise, Vibration and Harshness (NVH) lain sudah tereliminasi dengan baik. Sekadar saran, segera ganti ban yang senyap bila ingin lebih nyaman lagi.
Lalu putaran setir terlalu ringan. Feedback minim terhadap permukaan jalan, lumayan mengendorkan kepercayaan diri saat melaju high speed. Minim rasa akibat power steering model elektrik, lumrah terjadi. Bahkan bobotnya lebih ringan dari Ertiga generasi pertama.
Ground clearance menjulang ke 200 mm, pantas menyandang titel sebagai SUV. Tidak sejangkung Rush-Terios (220 mm) dan Xpander Cross (225 mm) memang, terbilang mampu untuk menjamah medan off-road. Jalur tanah bebatuan dengan kontur variatif bukanlah masalah, asalkan masih taraf ringan. Bagaimanapun, XL7 berbasiskan sebuah MPV yang mengejar kenyamanan. Sasis monokok dan penggerak roda depan (FWD) dijamin kurang hebat bila nekat diajak mengarungi jalur berat. Kalau perlu mobil yang perlu mengakomodir dua alam, ada LSUV lain berkonstruksi sasis unibody plus penggerak belakang (RWD). Mereka lebih pantas dipilih.
Kesimpulan
Menyandang kembali nama XL7 tentu bukan hal mudah. Versi original dulu ialah sebuah SUV 4x2 sejati. Berpenggerak roda belakang (RWD), serta disokong mesin perkasa V6 2,5-liter. Meski bukan penerusnya secara langsung, kemunculan Suzuki XL7 sekarang tetaplah fenomenal. Walau datang terlambat, Suzuki Indonesia pantas mendapat sebagian porsi pangsa pasar yang amat kompetitif itu.
Value for money termasuk tinggi. Berapa yang Anda bayar, sesuai apa yang diharapkan. Fitur bawaan mencukupi kebutuhan. Belum lagi performa mesin 1.5L dan impresi berkendara paling menonjol di antara para kontender. Basis Ertiga adalah modal dasar tepat. Mobil keluarga dengan Utilitas dan fleksibilitas ekstratinggi, bertambah lagi kemampuan di alam terbuka. Jangan sungkan ajak berpelesiran lebih dalam, walau harus ingat keterbatasannya. (Odi/Raju)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.