Qooder Qooder

Ekpektasi fitur terhadap motor seharga Rp 357 juta pasti tinggi. Sayangnya, tidak berlaku di Qooder. Pada panel instrumen saja bahkan tak banyak informasi yang tersaji. Benar-benar menginformasikan aspek fundamental.

Kontrol traksi, riding mode, cruise control, juga absen. Tak ada perangkat elektronik canggih. Semuanya mekanikal. Di saklar pun tak banyak tombol. Bahkan sensor ABS juga belum tersedia di tiap cakramnya.

Namun berbeda cerita ketika melirik ke bawah. Alokasi para insinyur Qooder terfokus di situ. Suspensi Hydraulic Tilting System (HTS) memungkinkan untuk dikunci pada kemiringan ekstrem sekalipun. Stabil. Sembari berhenti pun Anda tak perlu menurunkan kaki. Ia bakal tetap ajek.

Sisi tercantik Qooder menurut kami, ada di samping. Berkat panjang yang mencapai 2.200 mm, serta penambahan aksen overfender di atas roda belakang, ia tampak kokoh. Bak sebuah SUV. Ditambah pelek sporty dengan tema hitam, menambah kesan maskulin. Apalagi ruang spakbor dan ban begitu luas.

Jika disimak dari depan, jujur saja tampangnya biasa. Seperti skuter besar pada umumnya. Memakai model headlight split, dengan aksesori windshield. Begitu juga belakang. Pahatannya cenderung kaku, dengan model stoplamp kotak besar tapi sederhana.

Jika beranjak ke kokpit, ada hal yang sedikit disayangkan. Material dan finishing Qooder kurang mencerminkan produk Swiss. Detail sambungan plastik tampak kurang rapi. Display spidometer pun cenderung biasa saja. Agak lawas. Mungkin karena ini bukan produk benar-benar baru.

Namun rancangan jok harus diakui menyenangkan. Meski begitu lebar, toh tak perlu banyak turun kaki. Jangan khawatir akan hal ini. Duduk di atas Qooder kami rasa nyaman. Apalagi model jok bertingkat, membuat punggung jadi tersangga. Bagian penumpang juga sama halnya. Namun memang, agak terlalu tinggi.

Traksi sangat terasa maksimal. Meski belum dilengkapi sistem pengaturan elektronik, pemasangan empat roda cukup menjawab ini. Kami jarang menemukan momen kehilangan traksi. Bahkan saat berkelok tajam di permukaan licin.

Rangkaian suspensi ini seperti campuran mobil dan motor. Di depan, ada tie rod yang melintang untuk menyangga stang, sehingga bisa membelokkan dua roda. Masing-masing roda juga memiliki lengan dan suspensi sendiri. Alias independen.

Dan yang menarik, kala melahap tikungan Anda tak perlu kehilangan karakter roda dua. Tetap bisa merebah, namun risiko terjatuhnya hampir hilang. Impresif. Jika menikung sembari menginjak jalan rusak pun, kendali tetap optimal dari atas Qooder.

Tepat di tengah dua sumbu roda, Qooder memasang mesin 399 cc satu silinder. Bekal itu terasa cukup untuk menarik bobot 281 kg, namun tidak berlebih. Wajar saja, pusaran daya hanya sebesar 32,5 Hp/7.000 rpm dan torsi 38,5 Nm/5.000 rpm. Sementara beban yang ditanggung cukup berat.

Uniknya, mesin ini memiliki dua belt CVT yang mengerek dua roda belakang secara bersamaan. Dan real time. Fakta menarik, jika salah satu sabuk itu putus, Qooder masih bisa berjalan untuk mencari pertolongan. Meski lajunya bakal tertatih.

Soal konsumsi bahan bakar, klaim pabrikan mencatat angka 18 kpl. Namun hasil uji kami di Jakarta, ia menorah angka 14-15 kpl. Gaya mengemudi yang kami lakukan sangat relevan untuk keseharian, sementara metode pengukuran dengan cara pengisian bensin full to full.