Ada saja pertanyaan terlontar dari orang sekitar saat saya mengendarai Hyundai Ioniq. Mulai dari persoalan suara, sampai perlu isi bensin atau tidak. Bahkan itu semua keluar dari mulut seorang juru parkir. Menandakan meningkatnya pemahaman tentang kendaraan listrik.
Tentu masih banyak pertanyaan kalau Anda sedang mempertimbangkan memiliki mobil listrik seperti Ioniq. Apa keunggulannya? Memangnya lebih efisien dibandingkan mobil berbahan bakar bensin? Bagaimana dengan kapasitas baterai? Seberapa jauh daya tempuhnya? Mahalkah mengisi listriknya? Dimana saja bisa mengisi baterai? Masih banyak pertanyaan lain berkecamuk
Pertama kita bahas soal tampilan. Biasanya mobil listrik berwujud futuristis menggambarkan masa depan. Tapi Ioniq berkelir polar white ini terlihat biasa saja seperti mobil biasa. Tapi justru itu nilai lebihnya. Ia tak jadi alien di antara mobil-mobil lain di jalanan. Salah satu indikator utamanya adalah emblem electric di buntut.
Begitu masuk kabin, sedikit berbeda. Memang susunannya jamak, namun Anda seolah berada dalam sebuah ruangan masa depan. Didesain sederhana tapi mampu menampilkan kesan sporty dan futuristis. Layar besar berukuran 8 inci berada di tengah dashboard. Semua tombol peroperasian serba sentuh. Bahkan, jika Anda tak biasa, bakal heran karena sama sekali tak ada tuas persneling seperti mobil umumnya. Tugas perpindahan transmisi menggunakan tombol. Berada di konsol tengah antara pengemudi dan penumpang depan. Ada tombol R (reserve), P (netral), D (drive), dan P (park). Hyundai menyebutnya shift by wire.
Sebagai kendaraan listrik, Ioniq sama sekali tidak memberikan getaran. Anda yang terbiasa mendengar deru mesin bakal kebingungan. Ketika tombol start and stop ditekan, nihil suara. Indikator mobil sudah siap jalan adalah warna biru yang menyala dari supervision cluster 7 inci di belakang kemudi.
Feeling berkendara sebenarnya sama saja mengendarai mobil dengan mesin konvensional. Bedanya, Ioniq mengeluarkan torsi instan. Besar tapi cukup jinak, tak meronta-ronta. Kalau kita bandingkan dengan mobil sekelasnya, sangatlah hebat. Liftback mana yang punya torsi sampai 295 Nm? Apalagi tanpa harus menunggu momen, langsung keluar.
Data spesifikasi menyebutkan, permanent-magnet synchronous motor punya tenaga mencapai 100 kW (136 PS), langsung tersedia seketika setelah pedal gas diinjak dengan suara siulan "nyaring" seperti turbo. Setelah melaju, satu-satunya “soundtrack” di dalam kabin adalah gesekan ban dengan permukaan aspal.
Tenaga yang dihasilkan memang tak seganas Hyundai Kona Electric. Maklum, kapasitas baterai Lithium-ion Polymer milik Ioniq Electric sedikit lebih kecil. Jumlahnya 38,3 kWh, makanya kalau diisi AC charger sampai full 100 persen akan memakan waktu selama 6 jam 5 menit. Untuk pengisian DC fast charging 50 kW sampai 80 persen memakan waktu 57 menit dan 100 kW fast charging memakan waktu kisaran 54 menit, juga untuk kapasitas 80 persen terisi.
Apakah nikmat dikendarai? Buang jauh-jauh pikiran jika mengendarai EV terasa hambar. Ioniq Electric tetap menyediakan beberapa pilihan mode pengendaraan mulai dari Eco, Eco+, Comfort dan Sport. Masing-masing punya karakteristik.
Ioniq Electric juga menonjol soal pengendalian. Waktu menikung pertama kali sudah terasa. Presisi dan tanpa goyah. Mobil cukup memberikan rasa percaya diri meski dipacu kencang saat berbelok. Waktu mengerem pun sama, rasanya gesit. Low center of gravity jadi penyebab, begitu pula ground clearance serendah sedan. Bagi mereka yang suka karakteristik ini mungkin lebih cocok memilih Ioniq Electric
Pertanyaan penting lain, apakah menggunakan mobil listrik itu menguntungkan? Keunggulan utamanya tentu saja tingkat efisiensinya. Dalam hal pengeluaran biaya untuk penggunaan sehari-hari, maupun biaya kepemilikan. Hal ini disebabkan mobil listrik Hyundai dirancang dengan baterai sebagai sumber energi utama. Tanpa bahan bakar fosil, Ioniq tidak mengeluarkan emisi beracun (zero-emission). Biaya penggunaan mobil niremisi jadi lebih hemat empat kali lipat bila dibandingkan mobil bermesin diesel maupun bensin. Untuk biaya perawatan, Ioniq Electric tidak membutuhkan biaya ganti oli mesin, oli transmisi, dan lainnya.
Klaim Hyundai menyebutkan, perhitungan biaya konsumsi listrik (R2-R3) sebesar 0,138 kWh/Km. Hasil pengujian internal mereka juga menghasilkan figur mumpuni, mampu menempuh jarak sejauh 373 km berdasarkan pengujian New European Driving Cycle (NEDC).
Tak cuma efisien dalam biaya penggunaan, mobil listrik murni juga banyak memberikan keuntungan di luar hal teknis. Misalnya gratis BBN (Bea Balik Nama), biaya perpanjangan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) yang lebih murah jika dibandingkan mobil lain yang harganya sama dan tentunya terbebas dari peraturan ganjil-genap.
Ioniq Electric menunjukkan Hyundai sudah berpikir jauh. Mereka menjadi salah satu yang pertama dalam mengembangkan EV. Cepat atau lambat, akan jadi sarana mobilitas dunia, termasuk Indonesia. Ioniq menjadi mobil full electric pertama di Indonesia dengan harga yang relatif. Benar rasanya kalau Hyundai menyematkan tagline ‘Experience the future mobility in your daily life’.
Dari ragam penjelasan di atas, tak salah bila mendapat Best Electric Car Award dari Carvaganza Editors’ Choice Awards 2021 powered by Intersport Automotive. (Raju)
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.