Bedah Spesifikasi Dua Motor Tema Klasik, Royal Enfield Meteor 350 dan Benelli Imperiale 400

meteor vs imperiale

Dua motor ini perlu dipertimbangkan. Jika mencari motor di bawah Rp100 juta dengan penampilan klasik dan setidaknya berstatus motor besar (Entry level). Adalah Royal Enfield Meteor 350 yang menjadi amunisi baru jenama Inggris-India. Dan Benelli Imperiale 400 blasteran Italia-Cina. Mereka berdua hadir di IIMS Hybrid 2021, tepatnya di Hall C JIExpo Kemayoran. Seperti apa spesifikasi lengkapnya?

Royal Enfield Meteor 350

Royal enfield meteor 350

Meteor 350 dijual dalam tiga varian. Tentu bukan perihal bentuk atau fiturnya beda-beda. Melainkan soal diferensiasi aksesori, untuk menyesuaikan gaya masing-masing. Menariknya, semua itu dilego kurang dari Rp90 juta.

Bagi Anda penyuka style kasual, varian Fireball mungkin tepat untuk dipilih. Seri ini disediakan dalam dua opsi kelir: Merah dan kuning menyala. Serta laburan hitam pada seluruh permukaan blok mesin hingga knalpot. Untuk memberi kontras, bibir peleknya diberikan stiker sewarna masing-masing kelir. Tipe ini paling basis seharga Rp85,1 juta OTR Jakarta, tanpa aksesori tambahan sama sekali.

Selanjutnya Stellar, merupakan trim level tengah senilai Rp86,5 juta OTR Jakarta. Pilihan kelirnya ada tiga, semua bertema lembut. Alias tak benar-benar mencolok. Adalah biru tua, merah marun,serta hitam doff. Ia pun memiliki knalpot kromium sebagai aksen dari blok mesin dan pelek serba legam. Dan, ditambahkan pula sandaran pinggul untuk penumpang belakang.

Terakhir, trim tertinggi ditajuk Supernova. Selisihnya tetap tak begitu banyak, ia dijual Rp87,9 juta OTR Jakarta. Letak diferensiasi tentu ada di pengemasan warna. Yakni bertema two tone, dengan pilihan coklat hitam serta biru muda – hitam. Knalpot senada Stellar. Sementara aksesori tambahannya adalah windshield super tinggi.

Dari segi produk Meteor merupakan penafsiran dari gabungan konsep klasik sekaligus modern. Tentu Anda tetap bisa menikmati siluet klasik a la Royal Enfield pada umumnya. Tapi tidak sekental biasanya. Apalagi ketika melihat perbekalan fitur, sedemikian rupa dibuat relevan dengan kebutuhan pengendara hari ini.

Maksud dari tidak sekental biasanya, mungkin Anda bisa saksikan langsung dari wujud motor. Pahatan tangki, tutup filter, hingga spakbor tampak kasual. Lebih banyak membulat. Tidak kaku seperti Classic 350. Lantas ornamen-ornamen klasik tentunya datang dari padanan lampu bulat depan belakang, serta model sein terpisah sejatinya motor lawas. Dalam pikiran kami, rasanya ia seperti evolusi dari Rumbler yang telah stop produksi. Dalam interpretasi modern.

Relevansi terhadap kebutuhan pengendara masa kini, juga diterjemahkan lewat terobosan baru di area kokpit. Disediakan satu kluster tambahan khusus menampilkan navigasi. Cara kerjanya kurang lebih sama dengan kendaraan pada umumnya. Perlu konektivitas dari gawai, lantas terhubung Google Maps.

Translasi visual memang bukan utuh layaknya peta digital. Melainkan memakai konsep pictogram, atau jamak disebut turn-by-turn navigation. Maksudnya memunculkan panah tiap harus berganti arah. Tentunya ini berfungsi secara real time. Tak perlu repot lagi memasang tambahan perangkat ketika jalan. Hal semacam ini sangat dibutuhkan ketika dibawa perjalanan luar kota, agar fokus tak terpecah.

Bukan hanya itu, instrumen satunya beda dari Royal Enfield lain. Ketika biasanya pakai model full analog, sekarang digabungkan layar bulat digital. Tepiannya tetap menunjukkan kecepatan laju dengan jarum, tapi tengahnya menginformasikan data lengkap. Seputar bensin, penunjuk waktu, odometer, hingga posisi gigi dan pengingat servis.

Perihal pencahayaan pula begitu. Agak keluar dari konsep lawas yang terkesan puritan di line up lain. Ia memakai lampu halogen berpadu LED untuk menciptakan pedaran cahaya lebih baik. Sama halnya di belakang, sudah pakai full dioda.

Amunisi dapur pacu cukup menunjang untuk cruiser sport entry level. Tetap bertahan dengan struktur silinder tunggal, berkubikasi 349 cc. Tentunya memiliki jenis long stroke, sehingga melontar daya di putaran cukup rendah. Terbukti, torsi 27 Nm diklaim muncul mulai 4.000 rpm mengacu catatan pabrik. Sementara tenaga maksimal bisa mencapai 20,4 Hp. Teknologi balancer shaft juga diklaim membuat enjin minim getaran.

Tak berlebihan memang, namun cukup. Sesuai konsepnya memenuhi kebutuhan konsumen kelas pemula. Selain jinak, konstruksi dan dimensi cukup ringkas. Agar mudah dikendalikan. Di saat bersamaan aksesori menempel tetap mengesankan motor besar. Seperti pakai tangki tear drop berkapasitas 15 liter, sampai jok yang memiliki sandaran a la cruiser tulen di sisi penumpang.

Lantas urusan padanan kaki-kaki, fork teleskopik 41 mm dengan aksen mata kucing jadi penopang depan. Memiliki travel sekitar 130 mm. Sementara bagian belakang dijaga dua shock breaker, dengan tingkat penyetelan preload sampai enam tahap. Untuk roda berkomposisi belang, 19 inci 100/90 di depan dan 140/70 17 inci belakang, berhias pelek palang sporty. Unsur menarik pula ditemukan pada sektor deselerasi. Yakni cakram 300 mm kaliper piston ganda dan disc brake 270 mm model floating terhubung sensor ABS dua kanal. Tentunya, membuat proses pengereman lebih terjaga.

Baca Juga: Duo Skuter Listrik Kompak Paling Menarik, Pilih Mana?

Benelli Imperiale 400

Benelli Imperiale 400

Ketika Royal Enfield gembar-gembor betapa ekonomis dan menariknya Meteor, sebetulnya hal ini telah didahului dua tahun ke belakang. Benelli Imperiale 400 kurang lebih masuk di segmen serupa. Malah dengan nominal jual lebih murah sedikit. Harganya di kisaran Rp79 juta OTR Jakarta, sementara buat kawasan Bodetabek Rp81 juta. Booth mereka di IIMS Hybrid 2021 bertetangga, langsung lihat saja jika penasaran.

Bicara lawas, Imperiale 400 kami kira lebih matang soal ini. Hampir tak terlihat ada upaya memberikan sentuhan modern pada penampilan. Tangki dan semua bagian bodi mayoritas dibuat membulat. Sekaligus dilabur aksen kromium, tentunya menjadi identitas kental sebuah motor klasik. Aoalagi, format sadelnya dibuat terpisah. Khas roda dua masa lalu.

Rumah lampu, headlight, sein sampai stoplamp juga seirama. Berbentuk lingkaran. Dan jangan cari-cari sinar cahaya dioda. Sepenuhnya ia memakai bohlam halogen. Alias bercahaya kuning. Begitu pula waktu melirik ke area kokpit. Ya, masih memakai dua kluster analog. Serta sebuah layar digital kecil untuk melengkapi beberapa informasi di luar kecepatan dan putaran mesin. Tapi itupun sifatnya fundamental. Tidak secanggih Meteor.

Sasis penopang Imperiale, memakai model cradle frame bermaterial pipa baja. Dan peredamannya mengandalkan dual shock breaker dengan tabung. Memiliki jarak main 55 mm. Sementara sejatinya motor klasik, di depan pakai garpu teleskopik dengan travel 121 mm. Dan kombinasi rodanya belang. Di depan memakai 19 inci dengan profil 100/90, lantas belakangnya 18 inci 130/80. Tak begitu kelihatan memang, namun hal ini membuatnya jadi tampak proporsional. Daripada harus menyamakan lingkar diameter.

Di buntut belakang, Benelli telah menyiapkan bracket sebagai bawaan. Ini diperuntukkan bagi Anda yang hendak memasang side bag. Supaya tak perlu repot lagi membuat atau membeli aksesori tambahan. Malah, mereka turut menawarkan tas kulit sebagai aksesori resmi.

Berikutnya soal mesin, Anda perlu memperhatikan betul kubikasi bersihnya. Jangan sembarangan lihat angka 400 dan percaya begitu saja. Sebab merupakan pembulatan dari volume silinder 373 cc SOHC, dengan piston tunggal dan dua katup. Oleh karena itu, perolehan tenaga tak begitu signifikan dari mesin Meteor. Total tenaga 21 Hp keluar di 5.500 rpm dan torsi maksimum 29 Nm pada 4.500 rpm, menurut data kertas.

Untungnya, soal deselerasi tak dianaktirikan. Walaupun nuansanya sangat klasik, ia sudah memakai dua cakram untuk menghentikan laju. Di depan cukup besar diameternya, 300 mm berkaliper piston ganda. Dan belakangnya 240 mm kaliper piston tunggal. Paling penting, ABS dua kanal juga sudah diadopsi oleh Imperiale 400.

Yang Perlu Dipertimbangkan

Soal styling tentu merujuk ke selera. Kami tak bisa banyak bicara soal itu. Tapi dari data-data kertas yang tersedia, rasanya Royal Enfield Meteor 350 mampu menawarkan lebih banyak fitur. Dan relevan dengan keadaan sekarang, dalam paket harga tak begitu jauh. Value for money. Namun memang, bisa jadi kalau Anda puritan nuansa klasik bakal lebih terasa pada Imperiale 400. (Hlm/Odi)

Baca Juga: Deretan Motor Listrik Penyita Perhatian, Paling Murah Mulai Rp11 Jutaan

Royal Enfield Meteor vs Benelli Imperiale 400 Comparison

Baca Semua

Artikel Unggulan

Artikel yang direkomendasikan untuk anda

Baca Semua

Motor Royal Enfield Unggulan

Bandingkan & Rekomendasi

Artikel Motor Royal Enfield Meteor dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Road Test
  • Royal Enfield Super Meteor 650 Resmi Meluncur, Mulai Dijual Tahun Depan
    Royal Enfield Super Meteor 650 Resmi Meluncur, Mulai Dijual Tahun Depan
    Zenuar Yoga . 18 Nov, 2022
  • Beli Royal Enfield Meteor 350 Bisa Nikmati Fasilitas Ini, Gratis Sampai 3 Tahun
    Beli Royal Enfield Meteor 350 Bisa Nikmati Fasilitas Ini, Gratis Sampai 3 Tahun
    Zenuar Yoga . 27 Okt, 2021
  • Ini Alasan Royal Enfield Meteor 350 Cocok Untuk Anak Muda
    Ini Alasan Royal Enfield Meteor 350 Cocok Untuk Anak Muda
    Zenuar Yoga . 14 Jul, 2021
  • Tak Lekang Oleh Waktu, Royal Enfield Rayakan Eksistensi 120 Tahun
    Tak Lekang Oleh Waktu, Royal Enfield Rayakan Eksistensi 120 Tahun
    Ardiantomi . 21 Jun, 2021
  • Mengenal Fitur Navigasi Tripper di Royal Enfield Meteor 350
    Mengenal Fitur Navigasi Tripper di Royal Enfield Meteor 350
    Raju Febrian . 20 Jun, 2021
  • IIMS Hybrid 2021: Adu Motor Bertema Klasik, Royal Enfield Meteor 350 VS Benelli Imperiale 400
    IIMS Hybrid 2021: Adu Motor Bertema Klasik, Royal Enfield Meteor 350 VS Benelli Imperiale 400
    Helmi Alfriandi . 22 Apr, 2021
  • Test Ride Royal Enfield Meteor 350: Menggali Potensi Sang Cruiser Klasik
    Test Ride Royal Enfield Meteor 350: Menggali Potensi Sang Cruiser Klasik
    Zenuar Yoga . 26 Okt, 2021
  • Road Test Royal Enfield Meteor 350: Potensi di Balik Tampilan Sederhana
    Road Test Royal Enfield Meteor 350: Potensi di Balik Tampilan Sederhana
    Helmi Alfriandi . 28 Mei, 2021