Berkendara di Jalan Bebas Hambatan (Bagian kedua)
PUAS seharian berkeliling London, kami menghabiskan 6 hari berikutnya dengan berkendara di kota-kota lain, terutama di pedalaman selatan Inggris dan pesisir Wales yang menghadap ke Samudra Atlantik. Di sini, tantangannya lagi lagi. Selain cuaca buruk seperti hujan sepanjang hari ditambah angin kencang dan suhu dingin yang berkisar antara 5-10 derajat Celcius, kami juga harus akrab dengan alat navigasi. Terlebih, semua ruas jalan bebas hambatan di Inggris hanya diberi kode huruf dan angka. Misalnya M4 untuk jalan bebas hambatan khusus kendaraan bermotor yang menghubungkan London dan wilayah Wales Selatan. Atau jalanan berkode A (All-purpose road) yang menjadi jalan pendukung antar kota selain jalan berkode M (motorway).
Secara hukum, Inggris melarang kendaraan apa pun yang memiliki mesin di bawah 50 cc serta kendaraan lamban lain seperti sepeda atau kuda di jalan bebas hambatan berkode M atau khusus kendaraan bermotor. Namun, selama seminggu berkendara di sana, saya tidak pernah melihat skuter atau bahkan motor sport bermesin di bawah 500 cc masuk ke jalan bebas hambatan. Padahal, hukum Inggris sama sekali tidak mengatur soal kecepatan minimum di jalan tol, lho. Meskipun, sudah bertahun-tahun para pengemudi di sana mendesak pemerintah untuk membuat aturan tentang kecepatan minimum di jalan bebas hambatan.
[gallery columns="4" ids="7896,7897,7898,7899">
Hukum nasional Inggris hanya menetapkan kecepatan maksimum dalam beberapa variasi kecepatan; mulai 40 mil/jam (64 km/jam) hingga 70 mil/jam (112 km/jam), tergantung lokasi yang dilalui. Namun, saya melihat banyak yang melaju pada kecepatan di atas 80 bahkan 90 mil/jam (144 km/jam). Cuma, ketika melintas di lokasi-lokasi yang dilengkapi kamera pengawas kecepatan, semuanya terlihat taat hukum. Maklum, denda atas pelanggaran atas setiap peraturan lalu-lintas di Inggris Raya tergolong cukup besar.
Nah, lantas berapa kecepatan minimum yang harus saya jalankan saat melaju di jalan tol? Gampang. Lihat saja kecepatan rata-rata mobil yang melaju di lajur paling kiri. Kebanyakan mobil yang berada di lajur kiri melaju pada kecepatan 50 mil/jam atau 80 km/jam. Di lajur tengah, kecepatan naik ke 60 hingga 65 mil/jam (104 km/j). Sedangkan di lajur paling cepat di sebelah kanan, rata-rata melaju dengan kecepatan 70 mil/jam (112 km/j).
Bagi saya dan teman-teman sesama pengendara dari Jakarta, tampaknya lebih nyaman berada di lajur tengah. Sebagian besar waktu yang kami habiskan saat melaju di jalan tol ditempuh pada kecepatan rata-rata 65-70 mil/jam. Sesekali, jika memungkinkan dan lajur paling kanan relatif sepi, kami menggeber gas hingga 90 bahkan 100 mil/jam (160 km/j). Kecuali, tentu saja, jika kami melihat tanda peringatan kamera pengawas kecepatan di depan. Hehehe...
Masalahnya, kita di Indonesia tidak terbiasa naik motor dengan kecepatan konstan 100 km/jam selama berjam-jam. Itu menjadi tantangan tersendiri, apalagi seluruh ruas jalan sangat mulus. Saya tidak menemukan satu lubang pun sepanjang perjalanan di jalan bebas hambatan. Walau bosan dan kantuk terkadang mendera, kami tetap harus fokus dan siaga. Terutama saat melintasi jalan tol yang di kedua sisinya terbuka tanpa bangunan atau pepohonan. Karena, di situlah terkadang angin kencang tiba-tiba menghantam dari arah samping, hingga membuat helm kami ikut tertoleh karena tamparan angin.
Di sisi lain, kami juga cepat beradaptasi dan sangat menikmati melaju kencang di jalan bebas hambatan Inggris. Mungkin karena perilaku pengendaranya yang sangat tertib dan sopan. Bayangkan, kami tak pernah mendengar suara klakson. Tak ada juga pengendara yang memberi lampu hi-beam jika mereka merasa tertahan oleh kendaraan lain yang lebih lambat di depannya, baik mobil maupun sepeda motor. Alih-alih, mereka menunggu lajur di kanannya kosong untuk menyalip kendaraan tersebut.
Begitu pula jika hendak menyalip sepeda motor yang melaju lebih pelan di lajur tengah. Mereka akan lebih dulu pindah ke lajur paling cepat untuk menyalip. Mereka tak akan menyalip di lajur yang sama, meski tersedia ruang yang cukup untuk sebuah mobil. Tampaknya, mereka sangat sadar bahwa menyalip kendaraan lain, terutama sepeda motor, dalam selisih jarak yang rapat, akan sangat membahayakan, baik yang disalip maupun yang menyalip.
Kami juga harus sangat fokus dan berkonsentrasi saat menyalip sebuah truk atau bus berukuran panjang. Terutama jika motor sudah mendekati bagian depan truk atau bus, karena kami akan menghantam angin hasil turbulensi udara yang menabrak bagian depan kendaraan-kendaran besar tersebut.
Oh ya, para pengendara di Inggris tidak suka jika kita melaju sangat dekat di belakang mobil mereka, apalagi dalam waktu yang cukup lama. Biasanya, jika bukan minggir ke lajur kiri untuk memberi jalan bagi kita, mereka akan tancap gas melaju lebih kencang.
[gallery columns="4" ids="7906,7895,7904,7905">
Yang paling mengasyikkan, selain banyak tempat istirahat dan pompa bensin di sepanjang jalan tol, kami juga tak perlu membayar karcis tol. Sebagian besar jalan tol di Inggris memang gratis. Hanya beberapa ruas jalan khusus, biasanya jembatan atau jalan yang dibangun swasta, yang mengenakan tarif kepada pengguna jalan.
Namun, selama di Inggris, meskipun sempat melaju di jalan tol bertarif, kami pengendara sepeda motor tak perlu membayar di loket atau gardu tol. Hanya, tiga rekan lain yang sempat salah mengambil jalan saat melaju ke Little Haven di semenanjung Wales Selatan, sempat mendapat pengalaman harus membayar tol, meski hanya seharga satu-dua keping koin poundsterling.
MUNAWAR CHALIL - Group Editor in Chief & Publisher Motovaganza.com dan Carvaganza.com
Berita Terkait:
Susahnya Mencari Lahan Parkir di London (Bagian pertama dari 3 tulisan)
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test