Menjelajahi Bali dengan Klasik Royal Enfield
DENPASAR, 30 Agustus 2017 -- Test ride Royal Enfield di Bali. Hmmm... Undangan ini terus terang membuat saya penasaran. Sebenarnya saya pernah mencoba beberapa model Royal Enfield. Namun itu dilakukan di Jakarta dengan segala kemacetannya. Tentu saja test ride tak bisa saya lakukan maksimal. Nah, bagaimana jika jalan cukup jauh sembari menikmati Bali dengan motor modern-klasik ini? Tentu saja jawaban saya, ya.
Mengusung tema “Media Ride Royal Enfield”, test ride ini diikuti 8 jurnalis otomotif dari Jakarta. Rombongan ini kemudian ditambah 2 jurnalis lokal Bali, plus Ferry Kana yang bertindak sebagai Road Captain. “Ini merupakan media test ride pertama Royal Enfield di Indonesia,” kata Arun Gopal, International Business Head Royal Enfield, sebelum kami melakukan perjalanan Sabtu (26/8) kemarin.
Perjalanan dimulai dari store Royal Enfield Bali Jl. Sunset Bulevard No.27, Kuta-Badung, Bali, yang diresmikan Sabtu malamnya. Sebanyak 11 motor terdiri dari Bullet 350, Bullet 500 EFI, Classic 350, Classic 500, Classic 500 Battle Green, dan Classic 500 Desert Storm berjejer rapi siap kami tunggani.
Saya memilih Royal Enfield Bullet 500 EFI berkelir marsh grey. Warna abu-abunya di bagian tangki bensin terlihat keren dengan garis yang dicat tangan. Saya memilih motor ini lantaran penasaran dengan cerita Special Duty Editor Motovaganza, Ariya Sradha, yang selama 7 hari menunggangi motor ini di Moto Himalaya 2017 di Leh.
Bullet 500 EFI merupakan warisan selama lebih dari 8 dekade dan menjadi model paling lama berada dalam produksi yang terus menerus. Sejak tahun 1932, seri Bullet telah diproduksi. Bullet 500 EFI merupakan penggabungan yang mulus dari gaya Bullet, performa dan reliabilitas dengan elemen-elemen teknologi baru seperti Injeksi Bahan Bakar Elektronik.
Duduk di atas jok, busa terasa empuk dan nyaman untuk posisi riding. Motor ini sudah cukup modern. Menghidupkan mesin sudah menggunakan elektrik starter di setang sebelah kanan. Getaran mesin Satu Silinder, 4 tak, berkapasitas 499cc milik Bullet 500 memang cukup terasa. Namun dengan memuntir tuas gas getaran tersebut hilang.
Memang Anda tak bisa berharap mendapatkan tenaga spontan seperti motor Jepang – atau motor matik yang menyerbu pasar belakangan ini. Tenaga 27.2 bhp @ 5250 rpm dan torsi 41.3 Nm @ 4000 rpm harus benar-benar Anda dapatkan dengan sabar. Tenaga disalurkan lewat transmisi 5 kecepatan.
Dipimpin Ferry Kana, kami mulai menyusuri Jalan Bypass Ngurah Rai dilanjutkan ke Jl. Prof Ida Bagus Mantra. Ferry Kana hanya punya punya satu syarat, “Ikutin gue dan jangan nyalip,” kata dia. Jalanan yang cukup lebar dan lurus membuat saya gatal memacu motor cukup kencang. Akhirnya saya memilih mundur ke belakang sebagai sweeper. Setelah cukup jauh di belakang saya menekan gas sedikit dalam untuk merasakan akselerasi Royal Enfield Bullet 500 ini.
Salah satu yang membuat saya terkesan Royal Enfiled Bullet 500 EFI ini really easy to handling. Saya benar-benar cepat akrab, mungkin hanya butuh waktu 10-15 menit untuk mengenal karakter motor ini. Apalagi dengan dimensi panjang 2200 mm, lebar 800 mm dan tinggi 1100mm cukup ramah untuk ukuran tubuh orang Indonesia kebanyakan.
Bobot sekitar 189 kg juga tak terlalu menyulitkan untuk dikendarai. Oh ya, satu lagi, rasio kompresi mesin yang rendah 8.5 : 1 membuat mesin sama sekali tidak panas, hal yang selama ini jadi masalah untuk motor berkubikasi besar.
Setelah itu kami berbelok ke Semapura, Karangasem, Jl Raya Duda Tim. Jalam menuju Muncan, Agung Besakih, Batur Tengah mulai berkelok-kelok dan naik turun dengan tikungan yang cukup tajam. Semula saya ragu karena spontanitas Royal Enfield Bullet 500 ini tak seberapa. Tapi saya kagum dengan torsinya yang tak pernah habis. Tanjakan securam apapun dengan mudah dilalui.
Jalanan berkelok menjelang Kintamani tak menjadi masalah. Tinggal menekan gas maka motor akan naik dengan sempurna. Sistem pengereman yang menggunakan cakram 280mm kaliper 2 piston di depan dan tromol 153 mm di belakang cukup untuk mengantisipasi bobot maupun tenaga mesin.
Meski ada sedikit catatan untuk suspensi. Royal Enfield Bullet 500 menggunakan teleskopis di depan serta suspensi belakang dua shok breker yang diisi udara lumayan pas untuk jalanan mulus, tapi sedikit keras ketika menghadapi jalanan bergelombang atau jalanan off-road ringan.
Kami sampai di Lake View Restaurant untuk makan siang sembari menikmati pemandangan Danau Batur. Setelah makan siang kami kembali menuju Denpasar, tapi kali ini dengan rute yang berbeda. Asiknya, karena jalanan lebih banyak menurun, kami bisa memacu motor cukup kencang. Kami sempat melakukan sesi foto di Jembatan Tukad Bangkung, kemudian menjelang masuk Denpasar lewat Penarungan – Kerobokan dan finish kembali di store Royal Enfield untuk mengikuti peresmian.
Dari perjalanan ini saya punya kesimpulan, Anda memang tak bisa berharap “kebut-kebutan” dengan motor ini. Jangan membandingkan dengan motor Eropa atau Jepang. Tapi Royal Enfield menawarkan sensasi berbeda saat berkendara santai. Penyuka touring jarak jauh atau “newbie” rasanya cocok dengan motor ini.
“Sekarang semua orang hidup di dunia digital, kami ingin memberikan konsumen pengalaman yang sesungguhnya berkendara,” kata Arun Gopal. “Meski simple namun dilengkapi teknologi terkini. Tenaga dan torsio tinggi di rpm rendah. Cocok untuk menikmati jalanan seperti Bali.”
RAJU FEBRIAN
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test