Kala datang ke diler Royal Enfield dan memiliki budget Rp80 jutaan, satu-satunya opsi ialah Meteor 350. Namun jika mau kompromi tak mendapat barang baru, Anda bukan hanya berkesempatan memilih sesosok cruiser kompak. Nyatanya Himalayan, amunisi tunggal segmen tualang RE nilai bekasnya juga di kisaran segitu. Masihkah menarik?
Dari observasi kami di platform jual beli daring, para pedagang menjualnya di Rp87 jutaan sampai paling atas Rp90 juta. Tentu bukan keluaran paling baru. Dari data ditemukan mayoritas keluaran 2017-2018. Alias generasi pertama ketika masuk Tanah Air. Bukan masalah besar, sebab baru berusia muda.
Untuk nominal segitu, rasanya menjadi kesempatan menarik. Lantaran Himalayan baru hari ini dijual Rp114,3 juta OTR Jakarta. Selisih hampir Rp30 juta. Dan jika diperhatikan, perbedaan dengan generasi sekarang juga tak benar-benar signifikan. Paling tidak dari segi bentuk serta bekalan dapur pacu.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Royal Enfield Interceptor 650, Sosok Karismatik Bernuansa Klasik
Desain otentiknya masih sama persis. Menyiratkan aura adventure begitu kental, walau tak pakai ornamen heboh. Maskulinitasnya natural. Sederhana. Komposisi motor hanya berupa lampu bundar, tangki kotak, serta stoplamp minimalis. Bahkan sumber pencahayaan depan belum LED. Hanya di belakang saja yang sudah.
Pernyataan lugasnya sebagai motor tualang, ada di beberapa aspek. Betangan tulang yang mengurung sebagian tangki salah satunya. Di situ pula emblem Royal Enfield terpasang. Selain membuat kekar, permukaan tangki terhindar dari resiko terbentur. Boleh jadi kepala silinder pun ikut terlindungi saat motor roboh ke samping.
Lantas windshield, lumayan tinggi. Bagian dada cukup terlindung dari empasan angin. Tapi tidak kalau kepala. Dimensinya tak setinggi itu. Terakhir, ada rak besi yang berfungsi untuk menaruh barang. Atau pun bisa menjadi genggaman jika motor perlu ditarik dan didorong. Secara utuh, garis-garis Himalayan sebetulnya cenderung biasa. Desainernya bukan seorang brutalis. Condong mengikuti norma. Namun corak klasik dan sederhana ini jadi nilai jual tersendiri.
Mesin 411 cc SOHC silinder tunggal juga merupakan komponen serupa dengan generasi baru. Persisnya, mengeluarkan output 24,3 Hp di 6.500 rpm dan torsi maksimal 32 Nm pada 4.500 rpm. Perbedaan semata-mata terletak pada perolehan gas buang. Yang sekarang, sudah memenuhi standar BS6 atau setara EURO 4.
Sebagai informasi, mesin long stroke ini memiliki torsi instan dan melimpah. Perolehan momen puntir tak membutuhkan upaya banyak. Sangat relevan dengan tanjakan curam atau bahkan saat melewati medan offroad. Sayangnya, generasi lama memang belum punya ABS. Tapi toh masih tetap menarik.
Kini, Himalayan tembus Rp114,3 juta OTR Jakarta. Dan pada kenyataannya tak teralokasi terlalu banyak. Meski memang, ia punya segmen tersendiri yang kadang menutup mata soal harga.
Betul, kini Himalayan tak menugaskan cakram sendirian untuk berdeselerasi. Kedua piringan terkoneksi sensor Anti-lock Braking System (ABS). Supaya saat diajak berjelajah terhindar dari gejala ban terkunci. Namun cukup disayangkan, kami tak menemukan saklar pemati fungsi ABS. Padahal di India ada. Dan begitu berguna saat melintas medan off-road.
Dapur pacunya, direvisi soal emisi. Sama seperti di India, gas buang Himalayan memenuhi regulasi BS6, atau setara Euro 4. Lantas rangkaian dapur pacu diklaim masih sama, satu silinder 411 cc SOHC bertenaga 24,3 Hp pada 6.500 rpm dan torsi 32 Nm memuncak di 4.500 rpm.
Hampir tak ada efek dari perubahan tadi. Baik dari segi respons gas maupun kekuatan saat berlari. Sama. Begitu pula perihal konsumsi bahan bakar. Sempat kami uji, angkanya ada di kisaran 24,2 kpl. Ini sebetulnya lumayan irit, sebab jika dalam keadaan penuh sanggup melaju 364 km lebih.
Baca Juga: Royal Enfield Himalayan 2021 Resmi Rilis di India, Bertambah Kelir dan Fitur Baru
Soal wujud, Himalayan baru disegarkan lewat tambahan opsi kelir saja. Ia tak lagi tampil monoton. Mengingat sebelumnya hanya dikemas putih atau hitam. Kurang ekspresif. Kini coraknya jadi segar. Salah satu pilihan yang dijagokan adalah Rock Red, percampuran merah-hitam. Susunan warna depan tangki disemprot cat merah glossy, sementara belakangnya dihitamkan – terpisah garis diagonal. Aksen silver sebetulnya juga tertera di wadah bensin, sampai ke fender hitamnya.
Lake Blue turut menjadi opsi tema cerah. Yang satu ini memadukan biru dan putih, dengan garis pemisah diagonal sama dengan si merah. Komposisinya serupa, hanya beda warna. Keduanya seperti menunjukan alter ego dari citra konvensional Himalayan selama ini.
Dilanjut Gravel Grey, rasanya pas bagi yang suka tampil minimalis-modern. Tangki abu-abu mengilap merepresentasikan gaya motor masa kini. Diberikan juga aksen hitam pada lekuk bodi, menguatkan nuansa maskulin. Dan Sleet Grey,memiliki corak ala seragam kamuflase prajurit. Sementara kelir Snow (putih) dan Granite (Hitam) tetap tersedia.
Mengenai bentuk dan kelengkapan bawaan lainnya masih sama. Panel instrumen dipresentasikan dalam perpaduan analog digital. Informasi kecepatan, putaran mesin, serta fuel meter ditunjukkan jarum mekanik. Sementara sisanya di dalam layar, berikut fitur kompas yang jadi ciri khas-nya. Hanya berubah warna display lampu. (Hlm/Odi)
Baca Juga: Royal Enfield Himalayan Gemini T14 Tampil Keren Bernuansa Porsche 911 RS
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2025. Semua Hak Cipta Dilindungi.