The Thruxcker, Transformasi dari Cafe Race ke Tracker
IMAJINASI memang tak mengenal batas. Dan Anda akan menjadi orang paling beruntung jika bisa mewujudkan sekaligus menikmati buah imajinasi Anda. Itu yang dilakukan pemilik Triumph Thruxton 900 keluaran 2015 ini: mengubah motor yang menjadi ikon café racer menjadi motor bergaya tracker.
Semula, motor ikonik keluaran Inggris ini hanya digunakan pemiliknya untuk sekadar hang-out bersama teman di akhir pekan. Namun, gaya dan usia terkadang tak berjodoh. Setelah hampir setahun membiarkan motor ini dalam bentuk aslinya, sang pemilik akhirnya memutuskan untuk berganti gaya.
Alasannya sederhana: selain mulai bosan dengan tampilan café racer a la standar pabrikan, juga mulai tak kuat menahan pegal karena setang rendah di Thruxton memaksa otot lengan dan bahunya bekerja lebih keras saat riding.
Sebetulnya, sebelum mengubah motor “nunduk” ini menjadi bergaya tracker, sang pemilik sempat tergoda untuk mencoba gaya scrambler. Tapi, ide itu urung karena ia merasa belakangan ini gaya scrambler semakin menjamur. Agar tak terjebak pada selera ‘mainstream’ itulah akhirnya dia meminta Bule, punggawa rumah modifikasi “Galeri Motor” di kawasan Lebak Bulus, Jakarta, untuk mengubah motor itu menjadi bergaya tracker. Tracker sendiri merupakan aliran motor yang mulai populer sejak era 1930an, saat para penggemar sepeda motor mengubah motor standar jalan raya menjadi motor yang bisa dipakai balapan di sirkuit tanah di Amerika Serikat.
Tak butuh waktu terlalu lama bagi Bule untuk mewujudkan imajinasi pemilik Triumph Thruxton yang aslinya berkelir British Racing Green itu. Langkah pertama tentu saja menjadikan tunggangan ini lebih tinggi khas gaya tracker. Untuk itu, bagian kaki-kaki tentu menjadi prioritas utama untuk dimodifikasi. Shock absorber teleskopik original pabrikan dipensiunkan. Di depan, Bule mencangkok shock absorber inverter atau upside-down baru milik Yamaha R1. Sementara di belakang, menggunakan sepasang shock keluaran Ohlins.
Ban juga ikut diganti dengan ban dual-purpose Continental TKC70, yang ditopang oleh velg TK berdiameter 17 inci depan-belakang. Konsekuensinya, fender atau spakbor depan dan belakang pun ikut dipermak. Spakbor depan dibikin lebih pendek dan langsung menggantung di bawah segitiga yang mengikat kedua batang shock absorber depan. Sementara spakbor belakang dipangkas hingga hanya menyisakan tempat untuk braket lampu rem dan pelat nomor polisi.
Sistem pengereman dipercayakan kepada Brembo, mulai dari master rem, sepasang kaliper depan dan belakang, hingga pada tuas rem depan dan tuas kopling. Kini, Thruxton yang aslinya hanya memiliki cakram rem tunggal, menjadi dual disc-brake.
Beres urusan kaki-kaki, Bule beranjak menggarap bagian bodi, termasuk lampu dan setang. Setang asli Thruston yang relatif datar khas motor balap diganti dengan setang Biltwell yang tinggi a la motor dual-purpose, juga dengan handgrip Biltwell. Semua lampu original juga digudangkan. Di depan, kini terpasang headlamp LED keluaran Daymaker yang dilengkapi protektor berbentuk jaring. Sedangkan di belakang mengunakan lampu aftermarket plus lampu sein yang menempel di ujung besi sasis di bawah jok. Lampu sein depannya sangat unik, karena berbentuk lingkaran yang berada di ujung setang, diapit oleh sepasang bar-end mirror aftermarket.
Jok asli pabrik yang bergaya café racer pun diganti dengan jok baru yang datar, dengan motif diamond cut. Jok ini, meski terlihat tipis, ternyata cukup nyaman untuk digunakan harian.
Namun, yang paling menojol dari seluruh proses transformasi Triumph Thruxton menjadi Triumph Tracker ini adalah pada bagian paintwork. Urusan pengecatan, Bule mempercayakannya kepada Rio Bronx, jagoan custom paint dan pinstriping di kawasan Pondok Gede, Bekasi. Kelir hijau metalik yang semula menempel di tangki Thruxton disulap menjadi abu-abu doff berkombinasi hitam di sisi kanan, dengan striping tiga warna menyala di bagian atas tangki. Ketiga warna striping itu, yakni merah, kuning dan oranye, juga diaplikasi di kedua sisi side cover hingga menjadi focal point motor ini!
Tak ada perubahan apa pun di bagian mesin, kecuali sepasang knalpot custom yang dipesan khusus dari rumah modifikasi ZC Distromotive, Bandung. Knalpot stainless steel ini, selain mengeluarkan suara yang jauh lebih keras dan galak dibandingkan exhaust original pabrik, juga membuat tenaga mesin meningkat secara signifikan. Selebihnya, seperti Anda saksikan di foto-foto dalam artikel ini, proses transformasi imajinasi dari café racer ke tracker ini benar-benar dilakukan dalam proses kerja yang menuntut ketelitian serta kesabaran, baik pemilik motor maupun builder-nya.
Spesifikasi Triumph Thruxcker
Mesin: Triumph Thruxton parallel twin 900cc
Transmisi: Manual 6 kecepatan
Rem: Brembo
Suspensi: Yamaha R1 (depan); Ohlins (belakang)
Velg; TK 17 inci
Ban: Continental TKC70 140/70-17 (depan), 180-60-17 (belakang)
Headlamp: Daymaker
Rearlamp & Turn Signal: Aftermarket
Exhaust: Full system customized by ZC Distromotive Bandung
Jok: Customized by Galeri Motor
Setang & handgrip: Biltwell
Tuas rem & kopling: Brembo
Paintwork: Rio Bronx
MUNAWAR CHALIL
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test