Yamaha WR 155 R: Berkenalan Langsung di Medan Off-road

Yamaha WR 155 R

Menjajal motor trail memang selalu menyenangkan. Tak perlu jauh, asal mendapatkan track alias lintasan yang pas, jarak pendek juga sudah menyenangkan. Yamaha Indonesia sejumlah media merasakan performa Yamaha WR 155 R sekaligus merayakan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 (17/8). Jarak ekitar 85 km kami tempuh kala lakoni sesi test ride tersebut. Yamaha WR 155 R diajak meladeni dua rute sekaligus, on-road dan off-road - sesuai dengan peruntukkannya sebagai spesies dual purpose.

Perkenalan awal tak berjalan mulus. Perlu adaptasi, terlebih dengan tinggi kami yang cuma 170 cm dan berat badan 65 kg. Sementara WR 155 R dirancang dengan ketinggian jok 880 mm. Ini paling tinggi ketimbang kompetitor, sebutlah Honda CRF 150 L yang memiliki ukuran 869 mm.

Untungnya ground clearance motor Yamaha ini lebih rendah yakni 245 mm. Sementara si rival 285 mm. Namun, tetap saja kami tak bisa luwes menapakkan kedua kaki ke aspal atau tanah. Belum lagi dengan bobot tubuh seperti itu, jok cuma amblas sekadarnya saja. Rasa khawatir sedikit terobati lantaran kami sudah memakai sepatu boot khusus buat aktivitas ini. Paling tidak, lebih tenang karena dapat memanfaatkan satu kaki secara optimal untuk bertumpu kala berhenti nanti.

Yamaha WR 155 R

Riding Position

Perasaan itu pun berlanjut saat hand grip masuk dalam genggaman. Dengan setang model fatbar, kemudi ini sepertinya bakal ergonomis lantaran tak membuat tangan kepalang membentang. Bersahabat, ditambah posisinya juga lumayan tinggi. Usai mencari titik ideal untuk berkendara, kunci pun lantas dikontak ke mode ON, lalu muncul sapaan 'Hi Bro' di panel meter.

Yamaha sepertinya tak mau kak mau kalah dengan kompetitor. Pabrikan berlogo Garpu Tala juga menyajikan informasi dasar soal WR 155 R secara digital. Mulai dari indikator bensin, spidometer, transmisi hingga takometer di area paling atas. Di samping, terdapat indikator berupa lampu untuk keterangan transmisi netral (N), sein dan lampu hazard, lampu jauh, engine check dan suhu mesin. Dari sisi ini terutama panel meter, harusnya pun tak ada kendala visibilitas lantaran berlatar negatif. Ditambah ukuran layar yang jua lumayan besar.

Yamaha WR 155 R

Kenyamanan Jok

Demikian adanya, terlebih saat pertama kali melajukan Yamaha WR 155 R di atas aspal. Jalur ini dijadikan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) sebagai etape pertama, sebelum menjelajah medan sebenarnya. Kendati begitu, jarak dari DDS Cempaka Putih (lokasi start) ke titik pemberhentian pertama (Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat) tidaklah pendek. Dari patokan melalui panel meter, jarak tempuh kami setidaknya mencapai 55 km. Lumayan panjang untuk sebuah trail yang notabene punya bentuk jok alakadarnya. Berkat busa tipis dan ukuran minimalis, wajarlah jika terasa pegal pada area bokong dan tulang ekor.

Meski demikian, dari setang dan jok tinggi tadi pula kami mendapatkan keuntungan berupa pandangan lebih luas. Posisi tangan juga jadi rileks karena tangan membentuk sudut menyiku. Kenyamanan ini cukup seirama dengan output dari sektor mesin. Kala berjalan usai lampu hijau menyala di persimpangan, dia cukup sigap berakselerasi.

Yamaha WR 155 R

Akselerasi

Catatnya hanyalah butuh waktu sedikit lebih lama untuk mencapai kecepatan tertinggi. Ternyata, walau jantung mekaniknya berbasis Yamaha R15, mesin 155 VVA milik WR 155 R punya tenaga lebih kecil yakni 16,4 Hp. Sementara motor sport entry level itu punya daya 19 Hp di putaran sama-sama 10.000 rpm. Kemudian momen puntir. WR 155 R cuma 14,3 Nm @6.500 rpm, sedangkan R15 14,7 @8.500 rpm. Tapi kalau ditilik lagi, WR 155 R sanggup menjangkau torsi maksimalnya di RPM lebih rendah ketimbang R15.

Hal inipun dibenarkan oleh pihak PT YIMM. "Basic engine WR 155 R dari All New R15. Gear rasio dan kompresinya juga sama. Tenaganya memang lebih kecil. tapi, memang kita setting untuk mengejar torsi. Itu juga kenapa sproket belakangnya (gir belakang) beda ukuran. WR 155 R pakai 51 mata, kalau R15 menggunakan 48 mata," jelas Ridwan Arifin, Service Education PT YIMM. Spesifikasi yang menerangkan bahwa trail ini memang mesti dimanfaatkan di habitat utamanya (medan off-road).

Yamaha WR 155 R

Handling

Menariknya, motor ini tidak sedikit pun menolak diajak bermanuver. Padahal, sepanjang rute aspal ini ada beberapa jalan menikung. Kami akui, pengendaliannya di area itu positif. Sasis semi double cradle yang katanya menjanjikan stabilitas, terbukti. Tentu berkat dukungan peredam kejut jenis teleskopik di depan. Tak sedikit yang mempertanyakan, kenapa Yamaha malah memakai suspensi jenis ini, sementara kompetitornya tadi pakai tipe up-side down (USD).

Bukankah secara kinerja lebih stabil shock model terbalik itu? Justru kami merasakan kinerja suspensi depan WR 155 R itu 11-12 dengan motor trail berpelengkap USD. Apalagi dengan konstruksi lingkar tabung besar yaitu 41 mm, plus jarak main (stroke) 215 mm. Penolakan seperti gejala buritan membuang pun teratasi berkat keberadaan suspensi monocross tipe Link.
Kinerja monoshock kepunyaan WR 155 R terbantukan gas dan oli. Jika ingin lebih padu, tinggal atur dan pilih lima setelan preload-nya saja. Menyoal kemampuannya ini, rasanya masih cukup ideal jika pemilik WR 155 R terpikir memodifikasinya menjadi sebuah supermoto. Cukup ganti ukuran pelek dan ban khusus aspal, tanpa perlu mengubah konstruksi kaki-kaki.

Etape 2

Etape pertama test ride Yamaha WR 155 R sudah kami selesaikan. Berawal dari DDS Cempaka Putih (lokasi start) kami menuju titik pemberhentian pertama (Sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat). Di bilangan Sirkuit Sentul, kami bersama 19 penunggang Yamaha WR 155 R lain pun dititah beristirahat sejenak. Maklum, perjalanan tadi lumayan bikin pegal, apalagi area bokong.

Sembari kami meregangkan kembali badan dan menghilangkan dahaga, Yamaha Indonesia turut pula melakukan persiapan minor. Maklum setelah menjajal jalanan on-road, kami akan mecoba menyusuri track off-road. "Tekanan anginnya kita kurangi dari 22 psi menjadi 18 psi untuk kedua rodanya (depan-belakang)," kata salah satu teknisi DDS Jakarta. Cara ini memang umum dilakukan, terlebih dari sinilah si motor segera bercengkerama di habitat aslinya. Dengan tekanan lebih rendah, kedua karet bundar diharap mampu memberikan cengkeraman optimal saat melintasi trek non-aspal.

Lepas rehat, medan yang dinantikan pun tersaji. Jarak menuju pemberhentian selanjutnya di Hambalang Hills ini sebenarnya tak terlampau jauh. Namun, mulai ada tantangan di sini. Tak sampai 300 meter setelah memulai etape kedua, WR 155 R langsung diajak menapaki rute bebatuan. Tanjakan dengan sudut kemiringan variatif pun menghiasi perjalanan ke lokasi tersebut.

Yamaha WR 155 R

Bagi Anda yang tidak terbiasa, cukup menyulitkan. Karena kita biasanya sudah keder duluan melihat jalur. Memang butuh teknik khusus supaya mulus melewatinya. Sebagai contoh saat kondisi jalan datar. Berkendara sembari berdiri menjadi opsi utama. Agar pengendalian maksimal, pusat gravitasi harus ada di kedua kaki. Usahakan pula lutut mendekap tubuh motor.

Kemudian mundurkan pinggul dan badan sedikit condong ke depan. Sementara jari pada hand grip mesti menghadap ke bawah, diikuti pula dengan posisi lengan menyiku. Posisi tangan demikian bertujuan sebagai 'suspensi' tambahan buat tubuh. Bayangkan jika tangan Anda lurus, dijamin rasa pegal mendera punggung dan pundak. Cara ini sejatinya mirip dengan teknik menghadapi trek menanjak tadi. Hanya saja tubuh mesti lebih maju dari sebelumnya.

Yamaha WR 155 R

Spesifikasi WR 155 R nyatanya membantu kami dalam melahap rute variasi tersebut. Jarak main fork teleskopik 41 mm dengan jarak main panjang (stroke: 215 mm) dan suspensi belakang monocross-nya (stroke: 185 mm), berfungsi optimal. Padahal, tak sedikit batu-batu kapur berukuran besar yang mesti tergilas. Namun, tak ada sedikit pun gejala bottom out (mentok) muncul dari si peredam kejut itu.

Ketika mendaki itu pula kami mendapatkan impresi sebenarnya seputar perancangan output enjin WR 155 R. Seperti disampaikan pada tulisan sebelumnya, trail Yamaha ini memang dirancang untuk mendapatkan momen puntir besar di putaran bawah. Torsi maksimalnya 14,3 Nm dan sudah dapat dicapai pada 6.500 rpm. Itu pula yang jadi alasan kami tak perlu membetot habis tuas gasnya. Bak sebuah traktor, motor mampu naik di tanjakan hanya menggunakan gigi 2. Terutama jelang masuk pekarangan Hambalang Hills.

Yamaha WR 155 R

Performa Mesin

Kami kembali mendapat kesempatan beristirahat, kali ini lumayan lama. Pasalnya, ada rute full tanah menanti di depan mata. Etape ketiga ini berjarak 10 km dengan titik tujuan ke Goa Garunggang. Singkat, tapi diyakini memberikan kami impresi lebih terhadap WR 155 R. Kombinasi trek berkarakter bumpy dan narrow, menjadi ladang paling pas untuk mencicipi perbekalan sang kuda besi.

Menghadapi jalur sperti ini, sektor utama adalah handling. Kondisi ini menuntut motor sigap menghadapi berbagai kondisi jalan. Kaki-kakinya tadi pun kembali menjawab dengan baik. Pun rangka semi double craddle-nya, stabil. Terlebih di trek menikung - sama seperti kestabilannya ketika kami gunakan di trek aspal. Saking asyiknya berakselerasi, sampai tak terasa kalau WR 155 R punya bobot 134 kg. Belum lagi ketambahan bensin penuh di dalam tangki sebanyak 8,1 liter. Untuk perbandingan, WR 155 R lebih berat dari pada Honda CRF 150 L yang hanya 122 kg.

Yamaha WR 155 R

Rute yang kami hadapi membuat tak jarang mesti cekatan berpindah gigi. Termasuk pula pada jalan menanjak. Di beberapa tanjakan terjal, pihak PT YIMM meminta kami melakukannya secara bergantian. Yang mau tak mau, kami harus memulainya dari gigi 1 ke 2. Kembali, situasi tersebut dapat dilalui tanpa sedikit pun hambatan. Namun trek lebih berat ini juga kian menuntut mesin bekerja esktra. Untungnya, motor trail 155 cc garapan Yamaha dilengkapi sistem pendingin cairan. Peranti ini bekerja otomatis (mendinginkan) ketika suhu mesin mengalami panas berlebih - efek dari kinerja mesin.

Pasca Itulah kami diarahkan kembali ke Hambalang Hills berjarak total 12 km. Namun dengan rute mengitari Goa Garunggang. Sedikit informasi, tempat ini merupakan situs ekologi yang ditemukan pertama kali pada 1987. Goa di bawah naungan Perhutani Bogor ini dilengkapi susunan batu dengan beragam ukuran. Sedangkan di bagian bawah terdapat goa berhiaskan stalagtit menggantung. Ingin rasanya berkeliling, namun istirahat sepertinya adalah keputusan paling bijak saat itu. Mengingat pula masih ada perjalanan lagi yang mesti ditempuh untuk kembali ke titik semula.

Yamaha WR 155 R

Sistem Pengereman

Lantaran didominasi jalan menurun, kami anggap ini sebagai 'bonus' karena tak perlu lagi menyiksa secara berlebih. Kendati begitu, bukan berarti tantangannya lantas menghilang. Buktinya, kami harus melewati dulu turunan curam, sebelum akhirnya tiba di belakang pemukiman warga. Teknik dengan membuat badan ke belakang sudah jadi metode mutlak untuk mengurangi gaya gravitasi. Disarankan pula kepada kami untuk menggunakan gigi paling rendah (gigi 1), sembari menahan laju motor dengan cara memainkan kopling (tekan-lepas) agar mendapatkan efek engine brake.

Cara itu sebenarnya paling tepat, ketimbang menggunakan rem depan yang seketika dapat memindahkan bobot ke bagian depan. Pun demikian pada rem belakang. Dengan sepatu boot tebal, penguji selain kami pun pasti tak bisa melakukan pengereman secara ideal. Apalagi penghenti laju WR 155 R terbilang pakem. Jika pun menekannya terlalu keras, dapat mengakibatkan hilangnya kestabilan pengendalian.

Yamaha WR 155 R

Secara garis besar, sesi test ride garapan Yamaha Indonesia ini menyajikan pengujian yang lengkap untuk WR 155 R. Mulai dari jalan aspal, bebatuan, trek tanah berkarakter bumpy hingga tanjakan dan turunan dengan kemiringan beragam. Benar-benar memberikan menu lengkap untuk WR 155 R, terlebih saat mengarahkan laju roda ke titik sentral kami di Goa Guranggang. Sebuah pemaparan nyata untuk sebuah produk dual purpose. Namun, ia memiliki penawaran lain di kelas trail 150 cc yaitu pendingin cairan, lengkap dengan radiator. Mengenai kaki-kaki teleskopik si WR, sepertinya pun bukan jadi hal yang mesti diperdebatkan.

Menyoal karakter ayunan suspensi teleskopik maupun up-side down, tentu kembali kepada personifikasi pengendara masing-masing. Khususnya di trek off-road, feedback dari peredam kejut kepunyaannya masih sangat ideal. Terakhir, tinggal seberapa tertarik Anda akan harga WR 155 R. Yamaha Indonesia membanderol Rp 36,9 juta. Ditawarkan dalam dua varian warna yakni biru dan hitam. Mengenai harga, dia ditawarkan lebih mahal ketimbang Honda CRF 150 L (Rp 34,45 juta). (Ano)

Baca Juga: Vespa S 125 i-get: Paling Kompak dan Wajah Baru

Jelajahi Yamaha WR155 R

  • Tampak belakang serong Yamaha WR155 R
Yamaha WR155 R
Rp 38,9 Juta Cicilan : Rp 887.560

Model Motor Yamaha

Motor Yamaha
  • Yamaha Nmax
    Yamaha Nmax
  • Yamaha XSR 155
    Yamaha XSR 155
  • Yamaha Gear 125
    Yamaha Gear 125
  • Yamaha MX King
    Yamaha MX King
  • Yamaha WR155 R
    Yamaha WR155 R
Baca Semua

Artikel Unggulan

Motor Yamaha Unggulan

  • Yang Akan Datang

Bandingkan & Rekomendasi

Tren Off Road

  • Yang Akan Datang

Artikel Motor Yamaha WR155 R dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Road Test
  • Yamaha WR155R Punya Warna dan Grafis Baru, Harganya Kini Rp38,6 juta
    Yamaha WR155R Punya Warna dan Grafis Baru, Harganya Kini Rp38,6 juta
    Zenuar Yoga . 09 Jan, 2024
  • Bisa Bikin Yamaha WR 155 R Makin Ceper dan Nyaman, Aksesori Ini Dijual Murah
    Bisa Bikin Yamaha WR 155 R Makin Ceper dan Nyaman, Aksesori Ini Dijual Murah
    Anjar Leksana . 18 Agu, 2023
  • Yamaha WR 155 R Versi Modifikasi Diler Tampil Lebih Gagah, Bila Tertarik Siapkan Dana Lebih Segini
    Yamaha WR 155 R Versi Modifikasi Diler Tampil Lebih Gagah, Bila Tertarik Siapkan Dana Lebih Segini
    Bangkit Jaya Putra . 10 Okt, 2022
  • Yamaha Enduro Challenge Sukses Digelar, YIMM Bakal Dorong Rider Bertalenta Ikut Kejuaraan Dunia
    Yamaha Enduro Challenge Sukses Digelar, YIMM Bakal Dorong Rider Bertalenta Ikut Kejuaraan Dunia
    Bangkit Jaya Putra . 03 Okt, 2022
  • Perdana dari YIMM, Balap Ketahanan Off-Road Yamaha Enduro Challenge Digelar Besok di Bogor
    Perdana dari YIMM, Balap Ketahanan Off-Road Yamaha Enduro Challenge Digelar Besok di Bogor
    Bangkit Jaya Putra . 30 Sep, 2022
  • Simak Amunisi Yamaha WR 155R dan Honda CRF150L, Mana yang Cocok Untuk Anda?
    Simak Amunisi Yamaha WR 155R dan Honda CRF150L, Mana yang Cocok Untuk Anda?
    Zenuar Yoga . 04 Agu, 2021
  • Sensasi Berdansa Bersama Yamaha WR 155 R di Padang Pasir dan Pegunungan Bromo
    Sensasi Berdansa Bersama Yamaha WR 155 R di Padang Pasir dan Pegunungan Bromo
    Anjar Leksana . 25 Agu, 2023
  • Test Ride Yamaha WR 155 R: Eksplorasi Cipamingkis, Cari Kejutan Tualang Akhir Pekan
    Test Ride Yamaha WR 155 R: Eksplorasi Cipamingkis, Cari Kejutan Tualang Akhir Pekan
    Zenuar Yoga . 11 Nov, 2020
  • Test Ride Yamaha WR 155 R: Menu Lengkap di Antara Goa Garunggang (Part-2)
    Test Ride Yamaha WR 155 R: Menu Lengkap di Antara Goa Garunggang (Part-2)
    Ary Dwinoviansyah . 22 Agu, 2020
  • Test Ride Yamaha WR 155 R: Mukadimah Sebelum Bercengkerama di Habitat Asli (Part-1)
    Test Ride Yamaha WR 155 R: Mukadimah Sebelum Bercengkerama di Habitat Asli (Part-1)
    Ary Dwinoviansyah . 19 Agu, 2020