Kehidupan yang dinamis butuh pula kendaraan fleksibel. Apalagi bagi para kaum muda urban dengan segudang aktivitas harian. City car kerap jadi pilihan sebagai alat mobilisasi. Bodi kompak dan irit menjadi karakteristik utamanya. Wara-wiri di tengah kepadatan tidak menjadi beban berat. Perawatan dan biaya bahan bakar masih masuk kantong mahasiswa maupun pelajar. Honda Brio tampak memenuhi beberapa syarat kebutuhan itu. Berikut lima alasannya.
Dimensi kompak city car memang cocok untuk pemakaian harian. Asyik dibawa melibas kemacetan, tak merepotkan juga saat harus mencari parkir. Pun mudah untuk disopiri para pemula karena ukurannya. Brio jelas punya itu dengan panjang tak sampai 4 meter, tepat diukur 3.815 x 1.680 x 1.485 mm (PxLxT).
Oke, kompetitor Brio tentu para kontestan bertubuh kompak. Namun mengacu pasar hatchback 1.200 cc, ia menawarkan nilai lebih terkait dimensi. Bisa dibawa pulang dengan tebusan serendah Rp 146 juta untuk mendapatkan kabin yang terbilang lapang. Sebagai gambaran, duo Agya-Ayla mencatatkan 3.660 x 1.600 x 1.520 mm. Pun masih lebih besar ketimbang kontestan 1.200 cc non-LCGC.
Satu diferensiasi Honda di berbagai segmen adalah mesin bertenaga. Setidaknya di atas kertas, Honda Brio punya prestasi lewat enjin empat silinder 1.200 cc SOHC. Siap melontarkan tenaga sebesar 90 PS di 6.000 rpm dengan momen puntir 110 Nm di 4.800 rpm. Tidak sebesar saat nama Brio pertama dikenalkan memang, namun tetap saja duduk di baris depan menyoal output mesin.
Kalau menginginkan sensasi sporty atau otoritas berkendara maksimal, tersedia opsi transmisi manual di seluruh trim. Cocok untuk memenuhi hasrat jiwa muda. Apalagi di trim RS, ada penyesuaian suspensi. Tapi kalau mementingkan kenyamanan di tengah kota, girboks CVT pun ada sejak trim tengah, E.
Meski menjadi salah satu mobil terjangkau di pasaran, urusan safety tetap menjadi prioritas. Seluruh varian kebagian perangkat keselamatan yang cukup komplet. Pos penjagaan pasif diisi oleh dual SRS Airbag dan sabuk pengaman untuk lima penumpang. Agak disayangkan hanya empat sisi kebagian safety belt tiga titik, sementara posisi tengah belakang dilindungi dua titik saja.
Tak hanya itu, sistem pengereman tidak ditinggal polosan. Ada Anti-lock Braking System (ABS) bersama Electronic Brake Distribution (EBD) agar daya pengereman terjadi optimal. Untuk hardware-nya mengandalkan komposisi disc brake dan tromol. Masih cukup untuk mengimbangi output mesin dan bobot mobil.
Andai tertarik, Honda Brio menjadi salah satu mobil paling murah di pasaran. Ia turut meramaikan segmen LCGC lewat Brio Satya. Titik terendah diwakili Tipe S seharga Rp 146 juta bertransmisi manual. Sementara itu, Tipe E tersedia dalam versi manual lima percepatan atau CVT, dipasarkan Rp 154,7 juta dan Rp 170,1 juta. Model Termahal RS diberi label Rp 184,3 (M/T) dan Rp 199,6 juta (CVT).
Kelengkapan fitur mungkin kurang panas. Lampu utama masih berupa halogen, bukan LED seperti kompetitor. Lalu untuk hiburan kabin, tidak semua model kebagian head unit touchscreen. Meski begitu, konektivitasnya cukup untuk memenuhi kebutuhan. Minimal ada USB, Aux dan Bluetooth. Di samping itu, terdapat panel AC Digital sebagai peningkat rasa premium.
Jika memang harga Brio baru masih diluar jangkauan, melirik unit bekas tidak ada salahnya. Bahkan terbilang lebih menarik lantaran bisa dibawa pulang dengan tebusan tak sampai Rp 100 juta. Apalagi keluaran 2012-2013, menggendong mesin 1.300 cc yang pasti lebih sigap ketimbang generasi termutakhir. Dicatatkan output 100 PS diikuti momen puntir 127 Nm: memenuhi gejolak memacu para jiwa muda bukan? (Krm/Odi)
Baca Juga: Kompetitor Sudah Jualan Mobil Hybrid dan Listrik, Ini Tanggapan Honda
Hak Cipta © Zigwheels 2014-2024. Semua Hak Cipta Dilindungi.