IIMS Hybrid 2021: Kenali Semua Line-up Royal Alloy Beserta Harganya

review royal alloy GP200S

Utomocorp sebagai payung merek Royal Alloy di Indonesia tampak cukup serius melengkapi jajaran skuter eksentrik. Dari tadinya hanya satu, di Indonesia International Motor Show Hybrid 2021 bertambah lagi dua seri dengan beda mesin. Apa saja line up-nya dan berapa harga jualnya?

GP 150

Royal alloy GP 150

Salah satu paling baru sekaligus termurah adalah GP 150. Ia menjadi opsi ekonomis jika sebelumnya Anda merasa terintimidasi dengan nilai hampir Rp 100 juta untuk sebuah GP 200. Sebab nilainya hanya Rp59 juta OTR Jakarta. Secara bentuk pun tak berbeda dengan GP series di atasnya. Hanya saja perlu sedikit kompromi dengan kemampuan dapur pacu.

Ia memangku mesin 150 cc empat katup SOHC berpendingin cairan. Dengan rasio kompresi 10,5:1 dan diprakarsai sistem injeksi elektronik. Dari situ keluar tenaga 10,7 Hp di 8.000 rpm dan torsi 10 Nm pada 8.000 rpm. Untuk menghela bobot 120 kg. Tidak benar-benar hebat, terbilang standar saja. Apalagi kala dibandingkan seri di atasnya. Soal fuel system juga bukan memakai Magneti Marelli, melainkan Delphi EFI.

Cukup menarik saat melihat data spesifikasi soal kapasitas tangki tangki. Volume maksimal mencapai 11-liter alias sangat banyak buat sekelasnya. Semisal dikomparasi dengan milik Vespa berkapasitas sama, selisihnya bisa sampai 3-liter. Harusnya tak perlu repot bolak-balik ke SPBU.Dan sebagai informasi, ia telah memenuhi standar emisi Euro4.

Dari sisi penampilan hampir tak beda dengan GP lain. Tetap mengusung bodi dengan tepian mengotak. Sekaligus dikemas dalam nuansa sporty agak kental. Bukan benar-benar klasik 60an. Tapi tentu sejatinya Royal Alloy, mayoritas bodi terbuat dari metal sehingga menawarkan kesan solid. Bahan plastik hanya tertera pada tameng dan spakbor depan saja.

Selain bodi, benda-benda pendukungnya pun atraktif. Seperti rak bawaan di buntut motor untuk membawa barang. Serta pop out foot pegs. Alias pijakan besi yang bisa menutup rapi. Jok juga ada dua pilihan, terpisah atau rata seperti motor custom.

Warna ditawarkan pun variatif. Dari mulai Flame Red paling mencolok - dikombinasikan sadel hitam terpisah. Berikutnya Matte Bronze dengan jok coklat, Pearl White, Matt Black, Midnight Grey, serta Sherwood Green menjadi kelir paling ikonik.

Mengenai fitur motor cukup mumpuni serta modern meski berpenampilan klasik. Penerangan utama misal, sudah dioda. Begitu pula tail light. Adapun digital speedometer dengan kumpulan informasi fundamental. Soket usb juga tersedia di balik laci tengahnya. Mengikuti kebutuhan masa kini akan gawai.

Walaupun kapasitas mesin separuhnya dari TG series, ia memiliki amunisi deselerasi cukup mumpuni. Bahkan tampak tak dibedakan. Ukuran disc brake sama-sama 220 mm. Plus mendapat ABS dua kanal dari Bosch.

GP 200 S

Royal Alloy GP 200 S

Grand Prix 200 S sesungguhnya tidak banyak berbeda dari seri 150 dari segi bentuk. Kalau pun iya, soal pengemasan warna serta hal minor. Wujudnya cenderung serupa. Namun sang amunisi pertama ini diprakarsai mesin lebih powerful serta dilego Rp95 juta OTR Jakarta.

Ya, selisih harga terbayar oleh benda di balik bodi besinya. Mesin 181 cc DOHC empat katup menjadi tulang punggung tenaga motor 148 kg ini. Plus memakai sistem injeksi elektronik dari Magneti Marelli. Alhasil mampu melontar tenaga hingga 19,5 Hp di 9.500 rpm dan torsi maksimal 16 Nm pada 7.000 rpm. Selisihnya jauh. Tentu berkat rasio kompresi yang juga lebih padat, 11,6:1.

Soal material bodi, kelengkapan fitur, hingga sisi deselerasi kurang lebih serupa. Sampai ke kapasitas tangki bahan bakar yang besar. Dan juga slot USB di dalam laci. Memang perbedaan kentara dan selisih harga dialokasikan buat dongkrakkan performa.

TG 300

Seri TG atau Tigara Grande sejauh ini menjadi flagship mereka. Dan tentu menjadi bintang utama di hari peluncurannya. Tampil dengan padananan warna eksentrik. Sekaligus paling klasik. Dari segi bentuk pun berbeda dari GP series. Terutama ketika melihat batok lampu depan yang bulat. Begitu pula stoplamp mencuat a la skuter lawas 60an. Jika memperhatikan sisi kiri kanan bodi juga Anda pasti sadar lekuknya jauh berbeda. Lebih berkarakter.

Yang juga menjadi diferensiasi utama, ia dilabur kelir two tone. Tak satupun opsi dikemas sewarna. Pilihannya ada tiga. Pertama, jadi pajangan, percampuran biru dan putih gading. Namun sebenarnya masih ada dua lagi merupakan kombinasi ivory white dengan Burgundy Red dan Pewter Grey. Sangat mencolok saat diaplikasi ke bodi besinya.

Bukan soal wujudnya saja, performa dapur pacu tak main-main. Ini merupakan yang terbesar daripada GP series, menggendong mesin 278 cc empat katup twin cam. Kompresinya cukup tinggi di angka 11:1, serta tentu memakai sistem injeksi. Dari situ membuahkan tenaga 21 Hp di 7.250 rpm dan torsi 23 Nm pada 5.000 rpm, alias cukup memukau untuk menanggung bobot 130 kg.

TG 300 juga dilengkapi dengan Advance anti-dive front suspension. Ditambah lagi sistem pengereman ABS dari BOSCH pada disc brake 220 mm depan-belakangnya. Sementara untuk ukuran rodanya sendiri, rata berdiameter 12 inci. Hanya saja di depan berprofil 110/70 sementara belakangnya 120/70.

Soal fitur sebetulnya memiliki paket sama. Lampu LED depan belakang, soket USB di dalam laci, digital speedometer dan lainnya. Rak belakang juga memiliki fungsi serupa meski lekuknya agak berbeda. Dan banderolnya, tembus Rp 159 juta OTR Jakarta. Agak intimidatif memang buat sebuah skuter. Tapi toh para pembelinya pasti bukan mempertimbangkan sisi rasional bukan? (Hlm/Odi)

Baca Juga: Royal Alloy Bawa Dua Skuter Baru, Pilihan Makin Variatif

Baca Semua

Artikel Unggulan

Artikel yang direkomendasikan untuk anda

Baca Semua

Motor Royal Alloy Unggulan

Artikel Motor Royal Alloy dari Oto

  • Road Test
  • Test Ride Royal Alloy GP200S: Mahalnya Harga Dibayar oleh Performa (Part-2)
    Test Ride Royal Alloy GP200S: Mahalnya Harga Dibayar oleh Performa (Part-2)
    Ary Dwinoviansyah . 09 Jun, 2020
  • Test Ride Royal Alloy GP200S: Selisik Perbekalan Sang Pendatang tanpa Seremoni (Part-1)
    Test Ride Royal Alloy GP200S: Selisik Perbekalan Sang Pendatang tanpa Seremoni (Part-1)
    Ary Dwinoviansyah . 09 Jun, 2020