Ride and Respect (Bagian ketiga)
PARA pengendara motor besar sepertinya mendapat tempat istimewa di kalangan masyarakat Inggris. Selain dihormati oleh pengendara mobil, masyarakat biasa yang kami temui saat mampir istirahat atau parkir di dekat restoran, misalnya, selalu memandang kami dengan ramah, dan terkadang kagum. Di London, rombongan kami bahkan sempat diteriaki oleh seorang wanita muda pengemudi mobil, "Sooo sexyyyyy..." Hehehe...
Dan seperti juga di Indonesia, beberapa di antara mereka juga ikut memotret motor-motor Triumph kami yang sedang parkir. Malah, ketika mampir di Stratford Upon Avon, kota kecil yang dikenal sebagai kota kelahiran pujangga besar Inggris William Shakespeare, kami sempat dipandu seorang pria paruh baya yang baik hati. Dia meminta kami mengikuti mobilnya menuju area parkir gratis di dekat sebuah pusat perbelajaan.
Pengalaman berbeda juga kami alami saat bertemu atau berselisih jalan dengan para pengemudi sepeda motor lain. Mereka sangat friendly. Sebagain besar dari mereka menganggukkan kepala ke arah kami. Sebagian lainnya melambai rendah atau memberi lampu hi-beam. Tapi, tak ada satu pun yang membunyikan klakson.
Hanya di London, saat tengah beristirahat usai mengisi bensin di sebuah pompa bensin. Saya kaget mendengar suara motor yang digeber-geber hingga memekakkan telinga. Saya sempat berpikir, siapa nih pengendara norak bin kampungan. Enggak taunya, si pengendara motor sport itu mencoba menarik perhatian kami yang sedang asyik ngobrol. Buktinya, ketika kami menoleh ke arah jalan raya, dia langsung melambai dan langsung tancap gas. Ada-ada saja...
Tak terasa kami telah melahap sekitar 1.500 km dalam 7 hari berkendara di London dan bagian selatan Inggris Raya. Rasanya sangat berat untuk menyerahkan kunci motor-motor kami kepada petugas dari Triumph Motorcycles UK saat menyudahi perjalanan kali ini.
Akhirnya, saya dan teman-teman pulang ke Jakarta dengan membawa harapan dan keinginan baru untuk kembali riding di Inggris. Ada banyak tempat yang belum sempat kami kunjungi. Terutama kawasan Scotlandia dan Irlandia, dan tentu saja ke Isle of Man untuk merasakan aspal jalanannya yang setiap tahun menjadi tuan rumah balapan open road paling mengagumkan di seluruh dunia: Isle of Man TT. Toh, if you survived riding in Indonesia, most likely you will survive riding in every part of the world. Paling tidak begitulah kesimpulan saya, kecuali Tuhan berkata lain. Hehehe…
[gallery columns="4" ids="7920,7921,7912,7914">
MUNAWAR CHALIL - Group Editor in Chief & Publisher Motovaganza.com dan Carvaganza.com
Berita Terkait:
Susahnya Mencari Lahan Parkir di London (Bagian pertama dari 3 tulisan)
Berkendara di Jalan Bebas Hambatan (Bagian kedua)
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Motor Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Motor dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test