Pahami Konsekuensi dan Kesiapan Sebelum Beralih ke Mobil Listrik
Pasar kendaraan listrik makin semarak dengan hadirnya model-model berharga terjangkau. Produk seperti Atto 1, Air EV, Binguo EV, Seres E1, dan VF3 menjadi opsi menarik bagi masyarakat yang ingin mencoba pengalaman berkendara ramah lingkungan tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Namun, harga murah bukan satu-satunya pertimbangan. Ada sejumlah aspek krusial yang wajib diperhitungkan agar kepemilikan EV tidak berujung pada rasa frustrasi.
Sesuaikan dengan Kebutuhan Mobilitas
EV murah saat ini umumnya menawarkan jarak tempuh sekitar 300 km. Angka ini cukup aman untuk penggunaan harian di dalam kota. Tapi jika mobil akan digunakan untuk perjalanan antar kota atau aktivitas dengan mobilitas tinggi, pilihlah model dengan jarak tempuh lebih jauh—meski konsekuensinya adalah harga yang lebih mahal.
Konsumen harus disiplin dalam menyesuaikan pilihan dengan kebutuhan. Jika mobil hanya digunakan untuk antar jemput anak, ke kantor, atau belanja harian, jarak 300 km sudah lebih dari cukup. Tapi untuk mobil utama keluarga, pertimbangan harus lebih matang.
Jangan Andalkan SPKLU Saja
EV murah kini sudah banyak yang mendukung pengisian daya cepat. Ini menjadi nilai tambah, terutama jika pemilik lupa mengisi daya di rumah. Namun, penting untuk memahami kemampuan daya terima kendaraan agar bisa memanfaatkan fasilitas fast charging secara optimal.
Selain itu, pengisian dengan arus AC juga perlu diperhatikan. Meski lebih lambat, arus AC lebih stabil dan cocok untuk pengisian di rumah. Pastikan calon pemilik memahami skenario pengisian yang sesuai dengan rutinitas harian.
Yang tak kalah penting: bangun infrastruktur pengisian daya di rumah. Mengandalkan SPKLU saja bukan solusi jangka panjang, apalagi jika lokasi tinggal jauh dari pusat kota atau area padat EV. Hitung biaya pemasangan dan pastikan dana tersedia sebelum membeli mobil listrik.
Layanan Purnajual dan Biaya Kepemilikan
EV adalah teknologi baru. Ketidakpahaman terhadap sistemnya bisa membuat pengalaman kepemilikan jadi rumit. Karena itu, layanan purnajual harus jadi pertimbangan utama. Jangan hanya tergiur garansi panjang atau seumur hidup—pahami syarat dan ketentuannya.
Biaya kepemilikan EV memang lebih rendah dibanding mobil konvensional. Mulai dari harga suku cadang, biaya isi daya, hingga pajak tahunan. Tapi semua itu hanya terasa jika layanan purnajual berjalan baik dan pemilik tidak kesulitan saat terjadi masalah teknis.
EV Sebagai Mobil Kedua, Pilihan yang Lebih Bijak
Bagi pemilik kendaraan konvensional, menjadikan EV sebagai mobil kedua adalah langkah yang lebih aman. Ini memberi ruang untuk beradaptasi dengan ekosistem baru tanpa harus mengorbankan mobilitas utama.
Sebaliknya, jika EV akan menjadi satu-satunya mobil di rumah, pertimbangan harus jauh lebih matang. Infrastruktur, layanan bengkel, dan nilai jual kembali harus diperhitungkan. Saat ini, harga jual kembali EV belum stabil dan cenderung rendah. Artinya, EV bukanlah aset yang ideal untuk dijual kembali dalam waktu dekat.
Alternatif: Pertimbangkan Kendaraan Hibrida
Jika masih ragu dengan EV murni, teknologi elektrifikasi lain seperti hibrida bisa jadi solusi. Mobil hibrida menawarkan efisiensi bahan bakar dan emisi rendah tanpa kekhawatiran soal jarak tempuh. Beberapa model hibrida kini juga hadir dengan harga kompetitif, menjadikannya opsi menarik bagi calon pengguna kendaraan ramah lingkungan. (Sta)
Baca Juga: Supaya Hemat Baterai, Terapkan Cara Mengendarai Mobil Listrik Seperti Ini
Artikel Unggulan
- Terbaru
- Populer
Artikel yang direkomendasikan untuk anda
Mobil Unggulan
- Terbaru
- Yang Akan Datang
- Populer
Artikel Mobil dari Carvaganza
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test